Para Mantan Presiden AS Kecam Aksi Rusuh Massa Trump di Capitol
Dunia

Kerusuhan terjadi ketika para pendukung Presiden Donald Trump menyerbu masuk ke Gedung Kongres di Capitol Hill, Washington D.C, Amerika Serikat, pada Rabu (6/1) waktu setempat.

WowKeren - Sederet mantan Presiden Amerika Serikat mengecam kekerasan massa pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu gedung Kongres Capitol Hill, Washington D.C, pada Rabu (6/1) waktu setempat.

Sebagaimana dilansir dari CNN, mantan Presiden AS George W. Bush menyebut aksi massa pendukung Trump sebagai pemberontakan dan menyamakan situasinya dengan banana republic.

Banana republic sendiri mengacu pada kondisi politik suatu negara yang tidak stabil dan perekonomiannya bergantung pada produk ekspor terbatas seperti pisang atau air mineral.

"Saya terkejut dengan perilaku sembrono dari beberapa pemimpin politik sejak pemilihan dan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan hari ini untuk institusi kami, tradisi kami dan penegakan hukum kami," kata Bush.

Sedangkan mantan Presiden AS dari Partai Demokrat, Barack Obama, menyebut kerusuhan di Capitol akibat ulah Trump berbohong tentang hasil pemilihan presiden yang memenangkan Joe Biden. "Ini aib besar bagi negara kita," tuturnya.

Mantan Presiden Bill Clinton juga mengecam kerusuhan itu sebagai serangan yang selama ini tak pernah terjadi di AS. "Hari ini kami menghadapi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Capitol kami, konstitusi kami, dan negara kami," kata mantan presiden Partai Demokrat itu dalam sebuah pernyataan.

Clinton menuding Trump sebagai pihak yang memicu kerusuhan karena ingin membatalkan hasil pemilihan presiden yang memenangkan Biden.


Ada pula Presiden AS ke-39, Jimmy Carter, yang juga mengaku terganggu dengan kerusuhan yang terjadi di Capitol. Ia menyebutnya sebagai sebuah tragedi nasional. "Kami bersama warga mendoakan resolusi damai agar perpindahan kekuasaan ini dapat diselesaikan seperti yang kami miliki selama lebih dari dua abad," katanya dalam sebuah pernyataan.

Kerusuhan terjadi ketika pendukung Presiden Donald Trump menyerbu masuk ke Gedung Kongres di Capitol Hill, Washington D.C, Amerika Serikat pada Rabu petang (6/1) waktu setempat.

Bahkan satu wanita tewas tertembak dalam insiden tersebut. Ia dinyatakan meninggal saat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit. Hal tersebut dibenarkan oleh Juru Bicara Departemen Kepolisian Metropolitan.

Pendukung Donald Trump melakukan demonstrasi saat kongres mengesahkan kemenangan Joe Biden di Piplres AS. Unjuk rasa berlangsung ricuh. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Menurut sumber seorang anggota Kongres AS, petugas kepolisian pengamanan obyek vital langsung bersiaga dengan mencabut senjata api mereka ketika massa Trump hendak menerobos ke ruang sidang.

Sumber itu mengatakan para pendukung Trump terus menggedor-gedor pintu masuk ruang sidang yang dikunci.

"Petugas keamanan Kongres dan kepolisian ibu kota bersiaga dengan memegang senjata api, sementara para pengunjuk rasa terus menggedor pintu. Kami diminta mengenakan masker gas air mata dan tiarap," kata sumber itu.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru