Vaksin AstraZeneca Diduga Makan Korban di RI, IDI Sarankan Tidak untuk Usia Muda
Pixabay/Paul McManus
Nasional

Vaksin AstraZeneca diduga sudah menyebabkan KIPI terhadap 2 orang di Indonesia, bahkan berakhir dengan kematian. IDI pun memberi tanggapan soal kasus yang masih diinvestigasi ini.

WowKeren - Vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca terus menjadi sorotan terutama setelah seorang pemuda diduga meninggal akibat Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Bukan cuma itu, kini Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga menghentikan sementara distribusi vaksin AstraZeneca dari batch CTMAV547.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, menyatakan bahwa semua vaksin yang dibeli pemerintah pasti telah dipastikan manfaatnya. Hanya saja memang tingkat temuan KIPI dari penggunaan vaksin AstraZeneca cukup tinggi.

Zubairi menyebut, di Inggris yang notabene negara asal pengembang AstraZeneca, sebanyak 20 juta dosis vaksin itu sudah dipakai. Dan temuan fenomena KIPI-nya cukup banyak juga, yakni 262 kasus dengan 69 di antaranya meninggal dunia. Namun efek sampingnya hanya satu per 100 ribu kejadian.

"Kemudian apakah vaksin AstraZeneca di Inggris disetop? Tidak," tutur Zubairi kepada Republika, Rabu (19/5). Namun sebagai gantinya Inggris menerapkan sebuah instruksi penting.


"Namun di sana ditekankan yang disarankan tidak memakai vaksin AstraZeneca adalah orang muda yang berusia kurang dari 30 tahun," jelas Zubairi, dilansir pada Kamis (20/5). "Apalagi kalau sehat."

Sedangkan perihal dihentikannya distribusi vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 didukung penuh oleh IDI. Menurutnya memang diperlukan uji toksisitas dan sterilitas dari hampir 500 ribu dosis vaksin AstraZeneca itu.

Sementara itu, Kepala BPOM Penny Lukito memastikan bahwa kejadian tewasnya 2 orang usai menerima vaksin AstraZeneca terus dikaji oleh pihak berwenang. Dalam hal ini termasuk Komnas Penilai Obat, Komnas KIPI, dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Para pihak berwenang ini menyatakan bahwa kejadian pembekuan darah (tromboemboli) adalah kejadian medis yang sering dijumpai, juga merupakan penyakit kardiovaskuler nomer 3 terbanyak berdasarkan data global. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa peningkatan kasus tromboemboli adalah akibat penggunaan vaksin AstraZeneca.

Hingga kini vaksin AstraZeneca pun masih terus digunakan meski sudah banyak laporan soal dugaan KIPI yang dialami. "Manfaat pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca lebih besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan, sehingga vaksin COVID-19 AstraZeneca dapat mulai digunakan dan ini masih berlaku," ujar Penny.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait