RI Malah Dapat Untung Usai Turun Pangkat Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Bawah?
Nasional

Bank Dunia kembali menempatkan Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah berdasarkan data perekonomian setahun ke belakang. Pakar pun mengungkap dampaknya.

WowKeren - Indonesia sukses menjadi sorotan usai berhasil mengangkat status perekonomiannya menjadi negara berpenghasilan menegah atas pada tahun 2020 lalu. Namun setahun kemudian, per data 1 Juli 2021, Bank Dunia kembali menurunkan Indonesia ke level negara berpenghasilan menengah bawah.

Namun sebenarnya, apa dampak dari situasi ini? Ekonom Bank Permata Josua Pardede menerangkan, sebenarnya tidak ada dampak signifikan kepada perekonomian Indonesia meski kembali turun pangkat.

Dampaknya malah Indonesia mungkin akan lebih dimudahkan dalam mengambil uang dari lembaga dunia. Sebab dengan klasifikasi turun kelas ini, ongkos utang Indonesia akan berkurang.

"Saya pikir ini hanya sebatas klasifikasi ya pengaruhnya nggak banyak," kata Josua kepada Detik Finance, Kamis (8/7). "Mungkin ke utang ya, ongkos utang kalau kita mau pinjam ke lembaga multilateral jauh lebih murah bunganya."

Meski demikian, menurut Josua selama ini pemerintah jarang mengambil utang dengan mekanisme seperti itu. Malah biasanya pemerintah mendapat utang dari penerbitan surat utang alias obligasi.


Malah Josua mengaku khawatir dengan dampak turunnya peringkat kredit alias sovereign. Bila peringkat kredit ini turun, maka ongkos penerbitan surat utang akan lebih besar sehingga peminatnya berkurang.

"(Tapi) sejauh ini sih peringkat kita di Moodist dan lain-lain itu masih investment grade," papar Josua. "Sejauh ini nampaknya klasifikasi Bank Dunia belum dilihat mereka."

Hal senada soal mudahnya mendapatkan utang lembaga dunia juga disoroti oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. Dampak paling instan adalah Indonesia bisa ketagihan berutang karena biaya pinjaman bakal lebih rendah dengan turun kelas ini.

"Indonesia bisa ketagihan meminjam utang, karena akan banyak kreditur yang mau berikan pinjaman kepada Indonesia," beber Bhima. "Karena Indonesia dianggap belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri yang optimal atau sumber pembiayaan dalam negeri."

Namun dengan demikian juga tingkat kepercayaan investor bisa turun karena dianggap lebih berisiko secara ekonomi. "Indonesia akan kurang diminati untuk investasi, jadi tidak termasuk kita sebagai tujuan investasi yang memiliki profil risiko aman," pungkas Bhima.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait