WHO Sebut Omicron Mudah Reinfeksi Penyintas COVID-19, Tapi Gejala Lebih Ringan dari Delta
AFP/Christopher Black
Dunia

Menurut WHO, data yang berkembang di Afrika Selatan menunjukkan adanya peningkatan kasus reinfeksi pasien sembuh COVID-19 akibat Omicron namun gejalanya lebih ringan daripada Delta.

WowKeren - Hingga kini, virus Corona varian Omicron (B.1.1.529) masih menjadi pusat perhatian para peneliti. Apalagi setelah ditetapkan menjadi varian yang mengkhawatirkan (Variant of Concern / VoC) karena banyaknya mutasi yang dijumpai di spike protein-nya.

Selain itu, varian Omicron juga diklaim jauh lebih mudah menginfeksi kembali individu yang sebelumnya sudah pernah sembuh dari COVID-19 atau menerima vaksinasi. Hal ini kemudian dikaitkan dengan sifat varian Omicron yang mudah menghindari antibodi.

Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian Omicron menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih ringan. "Data yang berkembang di Afrika Selatan menunjukkan peningkatan risiko reinfeksi (infeksi ulang) dengan Omicron. Namun ada pula bukti bahwa Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada Delta," terang Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (8/12) waktu setempat.

Namun Tedros juga menekankan bahwa diperlukan lebih banyak data dan penelitian untuk mengambil kesimpulan. Karena itulah, WHO juga mendesak semua negara untuk meningkatkan surveilansnya agar membantu memberikan gambaran lebih jelas terkait perilaku varian Omicron.

Hal ini diharapkan bisa memudahkan dalam menetapkan strategi pengendalian COVID-19 skala global dalam menghadapi varian Omicron. Apalagi karena keberadaan varian ini menyebabkan beberapa negara mengambil langkah lockdown ketat yang berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi mereka.


Kendati menimbulkan gejala yang lebih ringan, Tedros mendesak masyarakat untuk tetap waspada terhadap varian Omicron. "Komplikasi apapun yang terjadi bisa menyebabkan kehilangan nyawa," tuturnya mengingatkan.

Direktur Program Darurat WHO, Michael Ryan, juga menyampaikan hal serupa. "(Walau lebih mudah menular daripada Delta) bukan berarti varian ini tidak bisa dihentikan," tegas Ryan, dilansir dari Al Jazeera, Kamis (9/12).

"Hal ini berarti virus lebih efisien dalam bertransmisi di antara manusia. Karena itulah kita harus melipatgandakan usaha untuk menghentikan rantai penularan, untuk melindungi diri kita sendiri dan semua orang," ujar Ryan.

Sebab walaupun lebih tidak berbahaya daripada varian COVID-19 sebelumnya, tingginya tingkat penularan bisa memperbanyak individu yang sakit dan berujung membebani sistem kesehatan. "Dan banyak orang bisa meninggal karenanya," imbuh Ryan.

Karena itu WHO juga kembali mendorong masyarakat agar segera divaksin. Ketua Peneliti WHO, Soumya Swaminathan, menekankan walau efikasi vaksin berkurang namun tetap memberikan perlindungan yang signifikan terhadap keparahan gejala.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru