Tewaskan 39 Orang, Penyebab Erupsi Gunung Semeru Diungkapkan Pakar Geologi
Nasional

Hingga Kamis (9/12) hari ini, tercatat ada 39 orang meninggal dunia dan 13 orang hilang akibat peristiwa tersebut. Diketahui, erupsi ini juga berdampak ke beberapa wilayah di sekitar dan membuatnya tertutup material vulkanik.

WowKeren - Gunung Semeru yang mengalami erupsi pada Sabtu (4/12) pekan lalu telah menelan puluhan korban jiwa. Hingga Kamis (9/12) hari ini, tercatat ada 39 orang meninggal dunia dan 13 orang hilang akibat peristiwa tersebut.

Diketahui, erupsi ini juga berdampak ke beberapa wilayah di sekitar dan membuatnya tertutup material vulkanik. Pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), M Haris Miftakhul Fajar MEng, lantas mengungkapkan penyebab erupsi Gunung Semeru.

Melansir detikcom, Haris menyebut bahwa rekaman aktivitas seismik Gunung Semeru saat itu diketahui tidak menunjukkan adanya gempa karena erupsi yang besar. Namun terekam data seismisitas akibat aktivitas guguran yang meningkat tajam dan adanya gempa erupsi dengan intensitas kecil. Adapun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) telah mencatat adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru berupa gempa erupsi.

"Maka, bersamaan dengan adanya peningkatan aktivitas erupsi, terindikasi pula adanya peningkatan jumlah material vulkanik yang terkumpul di sekitar kawah," terangnya.


Sementara itu, penumpulkan jumlah meterial di tudung Gunung Semeru mengakibatkan puncak yang semakin tinggi. Sedangkan ketidakstabilan lereng bertambah. "Apalagi, material erupsi keluaran Gunung Semeru masih berupa material vulkanik yang tidak terkonsolidasi," lanjutnya.

Lebih lanjut, Haris menuturkan bahwa material itu memiliki karakteristik mudah tergerus dan dapat mengakibatkan terjadinya runtuhan. Terlebih saat ini cuaca ekstrem tengah terjadi, sehingga mendorong proses pengikisan.

Oleh sebab itu, guguran material vulkanik membawa dampak masif di beberapa lereng Gunung Semeru di tengah hujan deras pada Sabtu (4/12) lalu. Hal ini terlihat dari adanya hujan abu yang disertai awan panas guguran. Sebaliknya, masyarakat cenderung tak merasakan gempa erupsi Gunung Semeru pada saat kejadian.

"Saat runtuhan terjadi, sebenarnya juga disertai dengan getaran," tuturnya. "Tetapi magnitudo getarannya kecil , sehingga tidak sampai terasa oleh warga sekitar."

Menurut Haris, dari sinilah terindikasi adanya erupsi yang berlangsung pasca terjadinya guguran material vulkanik. "Erupsi ini terjadi pada skala kecil, dengan getaran seismitas tidak terlalu dirasakan warga," ujarnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait