Usai Perintahkan Tembak Mati, Kini Presiden Kazakhstan Bersama Pemimpin Rusia Bahas Upaya Pemulihan
Dunia

Sebelumnya, kerusuhan yang terjadi di Kazakhstan itu sempat pecah, bahkan Presiden negara tersebut memerintahkan menembak mati pendemo. Kini Presiden Kazakhstan tengah membahas pemulihan negaranya.

WowKeren - Belum lama ini, terjadi sebuah kerusuhan di Kazakhstan yang sebelumnya diketahui belum pernah terjadi. Kerusuhan tersebut dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.

Bahkan kerusuhan tersebut sempat memanas dan menjatuhkan banyak korban jiwa, baik dari masyarakat sipil yang melakukan aksi protes maupun petugas keamanan. Bahkan, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev memberi perintah kepada pasukan keamanan dan tentara untuk menembak mati para pengunjuk rasa.

Namun kini, Tokayev diketahui tengah terlibat perbincangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas situasi di Kazakhstan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kremlin, menyebutkan bahwa Tokayev memberi tahu Putin "secara rinci" tentang situasi di negaranya, "mencatat bahwa itu berkembang menuju stabilisasi," bunyi pernyataan Kremlin dilansir, Sabtu (8/1).

Selain itu, Tokayev juga menyampaikan terima kasih kepada aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) dan "terutama" Rusia atas bantuannya dalam memadamkan protes yang pecah pada awal pekan ini.


"Para presiden bertukar pandangan tentang langkah-langkah yang diambil untuk memulihkan ketertiban di Kazakhstan," jelas Kremlin. "Kedua pemimpin sepakat untuk tetap berhubungan 'konstan' dan mengadakan pertemuan konferensi video CSTO dalam beberapa hari mendatang."

Sebagai informasi, Kazakhstan sejauh ini dianggap sebagai salah satu negara yang paling stabil dari lima bekas republik Soviet di Asia Tengah. Namun kini Kazakhstan telah jatuh ke dalam kekacauan pada pekan ini, bahkan mendorong Tokayev untuk meminta bantuan kepada pasukan dari aliansi yang dipimpin oleh Moskow.

Mengenai perintah Tokayev untuk menembak mati para pengunjuk rasa itu lantaran pihaknya menganggap mereka sebagai "bandit dan teroris". Bahkan dalam pidatonya pada Jumat (7/1), ia menyampaikan bahwa kekuatan mematikan tanpa peringatan itu akan terus digunakan terhadap demonstran yang kejam dan juga menyalahkan "yang disebut outlet media bebas" karena membantu kerusuhan.

Sedangkan untuk angka pendemo yang ditahan dalam kerusuhan yang pecah itu, diperkirakan ada sekitar lebih dari 3 ribu. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait