Hong Kong Adopsi Kebijakan Beijing Atas Penanganan COVID-19, Picu Kefrustasian Masyarakat
pixabay/ilustrasi
Dunia

Setiap negara yang menghadapi pandemi COVID-19 memiliki kebijakan masing-masing dalam penanggulannya. Hong Kong disebut mengadopsi kebijakan 'Nol COVID-19' yang ketat milik Beijing.

WowKeren - Hong Kong menjadi salah satu negara yang hingga saat ini masih bergelut dengan pandemi COVID-19. Dalam menerapkan kebijakan pengetatan COVID-19, Hong Kong diketahui mengadopsi kebijakan "Nol COVID-19" yang diterapkan oleh Beijing, Tiongkok.

Maka dari itu, kini Hong Kong diketahui tengah mengumpulkan sampel limbah, pengujian massal yang wajib, dan menutup bangunan tempat tinggal selama berhari-hari. Hong Kong disebut memberantas wabah COVID-19 terburuknya dengan mengambil satu halaman dari pedoman Beijing yang membuat penduduknya frustasi.

Melansir Al Jazeera, di Kwai Chung Estate, yang disebut sebagai tempat berkembangnya varian Omicron, pihak berwenang telah memutuskan untuk melakukan penguncian atau lockdown di tiga blok selama lima hingga tujuh hari. Pada Kamis (27/1), kota yang telah mengadopsi kebijakan "Nol COVID-19" yang ketat untuk menyelaraskan dengan daratan Tiongkok, telah melaporkan rekor harian sebanyak 164 kasus.


Selain itu banyak penghuni perumahan umum, khususnya mereka yang hidup dengan mata pencaharian tidak tetap, berjuang dengan beban mental dan finansial, imbas dari pengetatan tindakan terbaru di pusat keuangan internasional. Salah seorang pekerja salon kecantikan yang diketahui identitasnya sebagai Wong (28) yang tinggal di perkebunan itu mengatakan bahwa ia merasa panik ketika pemerintah mengumumkan pembatasan terbaru pada pekan lalu.

Akibat kebijakan pengetatan baru itu, Wong mengaku kehilangan penghasilannya di awal bulan ini, setelah pemerintah Hong Kong memutuskan untuk menutup bar, gym, dan salon kecantikan. Di sisi lain, penutupan Rumah Yat Kwai juga membuatnya kehilangan sumber penghasilannya yang lain yakni sebagai pramusaji.

Tidak hanya itu, kebijakan pengetatan COVID-19 yang mengadopsi dari Beijing itu juga membuat ayahnya yang selama ini bekerja sebagai sopir truk juga kehilangan pekerjaan. Sementara itu sejak pemerintah kembali memperpanjang lockdown, pihaknya belum juga memberikan bantuan kepada penduduk yang tidak bisa beraktivitas di luar rumah.

Menurut Wong, hal tersebut membuatnya dan penduduk lainnya khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar, sehingga merasa tidak aman di dalam apartemen masing-masing. "Ada ketakutan besar akan infeksi silang, mencatat bahwa beberapa tetangga yang awalnya dites negatif menjadi terinfeksi selama karantina rumah," terang Wong kepada Al Jazeera, dilihat pada Jumat (28/1).

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru