Upacara Penutupan Digelar Besok, Intip Sederet Kontroversi yang Warnai Ajang Olimpiade Beijing 2022
Dunia

Pelaksanaan Olimpiade Beijing sendiri rupanya tak lepas dari sejumlah kontroversi. Mulai dari boikot diplomatik, persoalan diskualifikasi, hingga skandal atlet yang terlibat. Simak rangkumannya!

WowKeren - Ajang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 telah mendekati akhir. Digelar sejak 4 Februari 2022 lalu dengan pembatasan COVID-19 yang ketat, Upacara Penutupan Olimpiade Beijing akan resmi menutup perhelatan tersebut pada Minggu (20/2) besok.

Pelaksanaan Olimpiade Beijing sendiri rupanya tak lepas dari sejumlah kontroversi. Mulai dari boikot diplomatik, persoalan diskualifikasi, hingga skandal atlet yang terlibat.

Dirangkum WowKeren dari berbagai sumber, simak deretan kontroversi terkait penyelenggaran Olimpiade Beijing berikut ini:

1. Boikot Diplomatik Olimpiade Beijing

Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 telah menuai kontroversi bahkan sebelum dimulai. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, hingga Kanada menyerukan boikot diplomatik atas masalah hak asasi manusia (HAM) di Tiongkok. Namun langkah diplomatik tersebut tidak menghalangi para atlet dari negara terkait untuk tetap mengikuti ajang Olimpiade.

Kelompok-kelompok HAM juga sempat menyerukan boikot besar-besaran terhadai Olimpiade Beijing. Mereka memprotes pelanggaran HAM Tiongkok terhadap minoritas Uyghur di provinsi Xinjiang. Beberapa pihak bahkan menyebut tindakan Tiongkok terhadap kelompok Uyghur sebagai aksi "genosida".

Meski demikian, Tiongkok hanya menganggap boikot diplomatik sejumlah negara tersebut sebagai "lelucon". Pihak Tiongkok memastikan banyak kepala negara, pemimpin pemerintah, dan anggota keluarga kerajaan telah mendaftar untuk hadir di Olimpiade Beijing.

Dalam Upacara Pembukaan Olimpiade Beijing pada 4 Februari lalu, ada lebih dari 20 pemimpin negara yang dijadwalkan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Salah satunya adalah Presiden Rusia Vladimir Putin yang bertemu Xi sebelum Upacara Pembukaan.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman juga hadir dalam Olimpiade Beijing. Begitu pula dengan Presiden Argentina Alberto Fernandez dan Presiden Ekuador Guillermo Lasso.

2. Atlet Keluhkan Fasilitas dan Aturan Karantina

Menerapkan sistem bubble yang ketat untuk mencegah COVID-19, pergerakan peserta Olimpiade Beijing sangat dibatasi. Sejumlah atlet yang bertanding di Olimpiade Beijing namun dinyatakan positif COVID-19 lantas menyoroti fasilitas yang mereka dapatkan di tempat karantina.

"Perutku sakit, aku sangat pucat dan aku memiliki lingkaran hitam besar di sekitar mataku. Aku ingin semua ini berakhir. Aku menangis setiap hari. Aku sangat lelah," ujar salah satu peserta biathlon asal Rusia, Valeria Vasnetsova, dari salah satu hotel karantina di Beijing.

Vasnetsova sempat mengunggah foto makanan yang disebutnya untuk "sarapan, makan siang, dan makan malam selama lima hari". Foto itu menunjukkan sebuah nampan yang berisi pasta polos, saus jeruk, daging hangus di atas tulang, beberapa kentang dan tanpa sayuran. Ia mengaku selama ini bertahan hidup dari beberapa potong pasta karena "tidak mungkin" memakan sisanya.

Sementara itu, kepala delegasi Jerman Dirk Schimmelpfennig mengecam kondisi kehidupan yang "tidak masuk akal" setelah slaah satu atletnya dinyatakan positif COVID-19. Jerman menginginkan kamar yang lebih besar, lebih higienis, dan pengiriman makanan yang lebih teratur sehingga atlet yang akhirnya dibebaskan masih fit untuk bertanding.

Pihak penyelenggara Olimpiade Beijing lantas mengatakan bahwa mereka akan bekerja untuk memastikan "semuanya sempurna" bagi para atlet yang menunggu untuk dibebaskan dari karantina. Han Zirong dari Komite Penyelenggara Beijing juga mencatat bahwa atlet yang dites positif dapat memesan makanan dari Desa Olimpiade dan mengirimkannya ke ruang isolasi mereka.

3. Skater Tiongkok Kelahiran AS Dibully Hanya Karena Terjatuh


Kesalahan skater Tiongkok kelahiran Amerika Serikat, Beverly Zhu alias Zhu Yi, yang jatuh dalam program pendek tunggal putri untuk acara beregu membuatnya menerima banyak kecaman di media sosial. Ia menempati urutan terakhir dan tim Tiongkok jatuh dari posisi tiga ke lima.

Tagar #ZhuYiFellOver di media sosial Weibo telah mengumpulkan lebih dari 230 juta tampilan sebelum akhirnya dinonaktifkan. Beberapa netizen mempertanyakan keputusan untuk memilih Zhu Yi alih-alih rekan setimnya yang dinilai memiliki performa lebih baik.

"Chen Hongyi jauh lebih baik darinya. Saya tidak tahu mengapa orang seperti ini diizinkan mewakili Tiongkok," komentar salah seorang netizen Tiongkok.

Zhu Yi yang baru berusia 19 tahun lahir di Los Angeles, California. Pada tahun 2018, ia melepaskan kewarganegaraan Amerika Serikat untuk mewakili Tiongkok dan mengubah nama dari Beverly Zhu menjadi Zhu Yi.

Namun netizen mengkritik keterampilan Zhu Yi berbahasa Mandarin yang dinilai masih kurang. Banyak yang mengklaim Zhu Yi berhasil bergabung di tim Skater Tiongkok karena koneksi ayahnya Zhu Songchun yang merupakan ilmuwan komputer terkenal.

4. Diskualifikasi yang Dianggap Aneh

Kurang dari seminggu ajang Olimpiade Beijing digelar, kompetisi Seluncur Cepat (Speed Skating) lintasan pendek putra telah menuai kontroversi. Menurut netizen Korea Selatan, atlet mereka yang bernama Hwang Daeheon dan Lee Juneseo telah didiskualifikasi secara tidak adil dari semifinal.

Kedua atlet tersebut sedianya didiskualifikasi karena melakukan kontak dengan skater lain. Daeheon disebut melakukan "pass terlambat yang ilegal" dan Juneseo disebut melakukan kontak setelah perubahan jalur. Padahal Daeheon yang berada di peringkat kedua dunia diharapkan membawa pulang medali emas.

Netizen Korea menilai keputusan tersebut "tidak adil" dan merupakan "cara Tiongkok untuk memastikan bahwa mereka memenangkan medali emas". Mereka mempertanyakan bagaimana orang Korea dihukum ketika "atlet Tiongkok adalah orang-orang yang akan melakukan apa saja untuk menang".

Video skater Tiongkok yang melakukan kontak dengan skater lain bahkan menjadi viral di media sosial. Televisi Korea SBS bahkan menayangkan segmen khusus berjudul Top 10 Momen Kecurangan Terburuk Oleh Tiongkok, yang telah memicu kemarahan online lebih jauh. Tuduhan tersebut membuat netizen Tiongkok melawan balik dan menyebut orang Korea sebagai "pecundang" yang seharusnya "pulang dan menangis pada ibu mereka".

Komite Olahraga dan Olimpiade Korea pun sempat menyatakan bahwa mereka mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga dan Komite Olimpiade Internasional. Mereka mengaku akan "menjelajahi semua cara dan sarana yang tersedia untuk memastikan bahwa penilaian yang tidak adil seperti itu tidak akan dilakukan lagi".

5. Skandal Doping Kamila Valieva

Skater remaja asal Rusia, Kamila Valieva, terjerat dalam skandal doping saat berpartisipasi di Olimpiade Beijing setelah ia dikonfirmasi positif menggunakan zat terlarang trimetazidine. Trimetazidine adalah agen metabolisme yang digunakan untuk pengobatan angina dan vertigo, tetapi dilarang oleh Badan Anti-Doping Dunia (WADA) karena dapat meningkatkan efisiensi aliran darah dan membantu daya tahan.

Badan Pengujian Internasional (ITA) mengungkapkan bahwa Badan Anti-Doping Rusia (RUSADA) telah mengambil sampel dari Valieva pada 25 Desember 2021 selama kejuaraan seluncur indah Rusia di Saint Petersburg. Pada Selasa (8/2), laboratorium terakreditasi WADA di Swedia baru melaporkan bahwa sampel Valieva positif trimetazidine.

Menurut ITA, RUSADA sedianya telah menjatuhkan skors sementara untuk Valieva, namun membatalkan keputusan tersebut pada Rabu (9/2) usai sang atlet mengajukan banding. Pada Senin (14/2), Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) mengizinkan Valieva untuk tetap bertanding dalam kompetisi seluncur wanita Olimpiade.

Belakangan, CAS menjelaskan keputusan itu diambil karena adanya penundaan hasil dari laboratorium pengujian di Swedia. "Sederhananya, atlet tidak boleh menghadapi risiko serius yang disebabkan oleh kegagalan otoritas anti-doping untuk berfungsi secara efektif pada kinerja tingkat tinggi dan dengan cara yang dirancang untuk melindungi integritas penyelenggaraan Olimpiade," demikian kutipan putusan tersebut.

Pengacara Valieva menyiratkan bahwa kliennya dites positif "sebagai akibat dari interaksi rumah tangga dengan kakeknya yang menggunakan 'Trimetazidine' setelah operasi penggantian jantung."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru