Masyarakat Hong Kong Pertanyakan Konsekuensi Aturan Ketat COVID-19 ke Kondisi Mental dan Kehidupan
pixabay.com/Ilustrasi
Dunia

Warga Hong Kong memperhitungkan konsekuensi dari beberapa aturan jarak sosial paling ketat di dunia berdampak pada kesehatan mental dan mata pencaharian mereka.

WowKeren - Hong Kong telah memberlakukan pembatasan yang ketat dalam mengatasi penyebaran COVID-19. Wilayah itu bahkan telah menutup sekolah dan bisnis, hampir menutup perbatasannya selama dua tahun, serta melarang lebih dari dua orang berkumpul.

Namun nyatanya, pembatasan yang ketat tidak begitu efektif membendung penyebaran virus. Lebih dari 8.600 kematian telah tercatat yang sebagian besar terdiri dari lansia dan mereka yang tidak divaksin.

Warga Hong Kong memperhitungkan biaya dari beberapa aturan jarak sosial paling ketat di dunia berdampak pada kesehatan mental dan mata pencaharian mereka. Pasalnya, pembatasan telah membuat jalanan kosong di pusat keuangan, banyak restoran dan bar yang ditutup, bahkan rak supermarket kosong..

"Kami telah kehilangan banyak uang sampai-sampai kami hampir harus menutup bisnis kami," kata Jacky yang menjalankan bas sake Jepang di Kowloon. "Saat ini, itu tergantung pada pemegang saham yang mengumpulkan uang untuk melihat berapa lama kami bisa bertahan."


Tak sedikit bisnis di kota besar yang terpaksa harus tutup. Restoran, pusat kebugaran, dan bar juga mengalami hal sama. Sedangkan di lain sisi, mereka tetap harus membayar uang sewa. "Biaya terbesar adalah sewa dan kami perlu mempertahankan mata pencaharian karyawan kami. Ini tidak adil," lanjut Jacky.

Sementara itu, seorang pemilik salon kecantikan Lin Chan menyesalkan bahwa putranya yang berusia hampir tiga tahun harus memakai masker wajah. Dia takut hal ini akan mempengaruhi kehidupan sosialnya.

"Dia memiliki sedikit kesempatan untuk bertemu teman dan kerabat dan berkomunikasi," keluhnya. "Jadi bicaranya berkembang agak lambat dan dia takut pada orang asing."

Dia pun harus menutup salonnya. "Saya harap semuanya bisa cepat kembali normal, bahwa kita bisa mendapatkan kembali penghasilan rutin kita, dan anak saya bisa bersosialisasi," lanjutnya.

Hal serupa juga dikeluhkan oleh staf rumah sakit yang bekerja sepanjang waktu untuk merawat pasien. "Rekan-rekan kami sangat sibuk. Mereka tidak punya waktu untuk buang air kecil atau minum atau bahkan untuk waktu makan mereka," kata perawat Lau Hoi-man.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru