Kebijakan Lockdown Tak Kunjung Berakhir, Airbnb di Tiongkok Putuskan Tutup
Unsplash/Jens Maes
Dunia

Kabar penutupan Airbnb di Tiongkok itu pun menjadi perbincangan di media sosial Weibo. Penutupan ini dilakukan akibat pemerintah Tiongkok yang masih terus menerapkan kebijakan Nol COVID-19 dan penguncian.

WowKeren - Tiongkok hingga saat ini diketahui masih menerapkan kebijakan penguncian COVID-19 atau lockdown. Kebijakan ini masih terus diterapkan lagi dan lagi dalam menghadapi COVID-19.

Akibatnya, salah satu penyedia layanan penyewaan rumah Airbnb memutuskan untuk menutup bisnisnya di Tiongkok tanpa batas waktu. Hal ini seiring dengan kebijakan "Nol COVID-19", lockdown, dan pembatasan perjalanan masih berlanjut.

Pada Selasa (24/5), Airbnb memberi tahu kepada para penggunanya yang berbasis di Tiongkok bahwa mereka akan berhenti menerima semua pemesanan untuk akomodasi dan pengalaman di negara tersebut mulai 30 Juli. Sementara itu, untuk pemesanan di luar tanggal 29 Juli, ditangguhkan pada Selasa (24/5) pagi.

Sementara melansir Guardian, pada saat melakukan pemesanan dari luar Tiongkok setelah tanggal yang ditentukan, menghasilkan pesan kesalahan. Menurut keterangan sumber yang mengetahui keputusan tersebut dan mengkonfirmasi penutupan Airbnb, bisnis domestik perusahaan tersebut di Tiongkok menderita di bawah pembatasan pandemi Tiongkok, lantaran tanpa indikasi bahwa pihak berwenang berniat untuk bergerak menuju koeksistensi dengan virus atau membuka perbatasannya.


Ketika gelombang kasus Omicron telah menyebar ke seluruh Tiongkok, pemerintah kemudian menggandakan kebijakannya untuk menghilangkan COVID-19. Kota-kota besar, termasuk Shanghai dan Beijing bahkan telah menjadi sasaran penguncian di seluruh kota atau lokal, dan ada pembatasan perjalanan yang meluas antara kota dan provinsi.

Airbnb sendiri diketahui merupakan penyedia akomodasi yang telah beroperasi di Tiongkok sejak tahun 2016 lalu, dengan daftar domestik di seluruh negeri. Pada saat itu, sekitar 25 juta tamu telah melakukan pemesanan, menurut perusahaan, tetapi pengoperasiannya mahal dan rumit serta menghadapi persaingan lokal yang kuat.

"Pendapatan dari masa inap yang berbasis di China menyumbang sekitar 1% dari penerimaan global," beber sumber tersebut kepada Guardian, dilansir Selasa (24/5). "Dan COVID-19 telah memperburuk masalah dan meningkatkan dampaknya."

Sementara itu, outlet media Tiongkok, berita Phoenix, melaporkan bahwa Airbnb akan mempertahankan kantor dengan "ratusan" karyawan di Beijing. Namun pihak perusahaan enggan berkomentar lebih lanjut tentang hal berikut.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait