Federasi Renang Internasional Larang Atlet Transgender Ikuti Kompetisi Wanita
Pixabay
Dunia

Perdebatan mengenai atlet transgender belakangan memanas usai perenang Universitas Pennsylvania Lia Thomas menjadi juara NCAA transgender pertama. Sebelumnya, ia pernah menjadi perenang perguruan tinggi moderat sebagai pesaing pria.

WowKeren - Federasi Renang Internasional (FINA) telah memilih untuk melarang atlet transgender mengikuti kompetisi wanita elit jika mereka telah mengalami pubertas pria. Meski demikian, FINA berjanji akan membuat kelompok kerja untuk menetapkan kategori "terbuka" bagi atlet transgender.

Keputusan tersebut ditentukan oleh 71 persen suara dari 152 federasi nasional di kejuaraan dunia di Budapest. Keputusan diambil menyusul laporan dari panel ilmiah FINA yang menemukan bahwa wanita transgender mempertahankan keuntungan yang signifikan atas perenang wanita cisgender bahkan setelah mengurangi kadar testosteron mereka melalui pengobatan.

"Kami harus melindungi hak atlet kami untuk bersaing, tetapi kami juga harus melindungi keadilan kompetitif di acara kami, terutama kategori putri di kompetisi FINA," ujar Presiden FINA Husain Al-Musallam dalam KLB FINA. "FINA akan selalu menyambut setiap atlet. Terciptanya kategori terbuka akan berarti bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk bersaing di tingkat elit. Ini belum pernah dilakukan sebelumnya, jadi FINA perlu memimpin. Saya ingin semua atlet merasa dilibatkan untuk bisa mengembangkan ide selama proses ini."

Kebijakan kelayakan baru untuk kompetisi FINA menyatakan bahwa atlet transgender dari laki-laki ke wanita memenuhi syarat untuk bersaing hanya jika "mereka tidak mengalami bagian dari pubertas pria di luar Tanner Tahap 2 (yang menandai dimulainya perkembangan fisik), atau sebelum usia 12 tahun, mana yang lebih lambat". Kebijakan FINA yang baru juga membuka kelayakan bagi mereka yang memiliki "ketidakpekaan androgen lengkap dan karena itu tidak dapat mengalami pubertas laki-laki".


Perenang juga diizinkan untuk berkompetisi dalam perlombaan wanita jika mereka telah mengalami "penurunan pubertas laki-laki yang dimulai pada Tanner Tahap 2 atau sebelum usia 12 tahun, mana yang lebih lama, dan sejak itu mereka terus mempertahankan kadar testosteron mereka dalam serum (atau plasma) di bawah 2,5 nmol/ L". Di sisi lain, atlet transgender dari wanita ke pria sepenuhnya memenuhi syarat untuk bersaing dalam kompetisi renang pria.

"Saya tidak ingin ada atlet yang diberi tahu bahwa mereka tidak bisa bersaing di level tertinggi," kata Al-Musallam. "Saya akan membentuk kelompok kerja untuk membuat kategori terbuka di pertemuan kami. Kami akan menjadi federasi pertama yang melakukan itu."

Adapun pemungutan suara tersebut menjadikan cabor renang sebagai badan penyelenggara Olimpiade kedua, setelah World Rugby pada 2020, yang memberlakukan larangan dengan alasan ilmiah. Sebagian besar olahraga lain telah menggunakan batas testosteron sebagai dasar untuk mengizinkan wanita trans untuk bersaing dalam kategori wanita.

Perdebatan mengenai atlet transgender belakangan memanas usai perenang Universitas Pennsylvania Lia Thomas menjadi juara NCAA transgender pertama dalam sejarah Divisi I. Ia memenangkan gaya bebas 500 yard (457,2 m) putri di Amerika Serikat awal tahun ini.

Thomas diketahui pernah menjadi perenang perguruan tinggi moderat sebagai pesaing pria. Kebijakan baru FINA ini berarti bahwa Thomas tidak akan lagi dapat bersaing di kategori putri di Olimpiade Paris seperti yang direncanakan.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru