Studi: Negara-Negara Kaya Sebabkan Kerusakan Iklim Pada yang Lebih Miskin
Unsplash/veeterzy
Dunia

Negara-negara industri disebut telah mengeluarkan gas rumah kaca paling banyak, sehingga mereka bahkan disebut harus membayar ganti rugi kepada negara-negara miskin.

WowKeren - Dampak perubahan iklim terus menjadi perbincangan tanpa henti. Aktivis lingkungan, ilmuwan, dan pejabat pemerintah selama beberapa dekade sepakat bahwa negara-negara kaya harus membayar lebih banyak untuk mengatasi perubahan iklim.

Hal itu disebabkan karena negara-negara industri telah mengeluarkan gas rumah kaca paling banyak, sehingga mereka bahkan disebut harus membayar ganti rugi kepada negara-negara miskin. Negara kaya membakar lebih banyak batubara, minyak dan gas, sehingga memberikan kerusakan akibat emisi, yang juga dirasakan oleh negara-negara miskin.

Dalam sebuah studi yang dilakukan dua ilmuwan Dartmouth, disebutkan bahwa dampak angka-angka yang mereka hitung dapat digunakan di ruang sidang dan dalam negosiasi iklim internasional tentang pembayaran dari negara-negara kaya ke yang lebih miskin. Misalnya, penghasil karbon terbesar Amerika Serikat, telah menyebabkan lebih dari 1,9 triliun dolar AS kerusakan iklim di negara lain dari tahun 1990 hingga 2014.


Angka itu termasuk 310 miliar dolar kerusakan di Brasil, 257 miliar dolar kerusakan di India, 124 miliar dolar ke Indonesia, 104 miliar dolar ke Venezuela dan 74 miliar dolar ke Nigeria. Namun di lain sisi, pada saat yang sama polusi karbon Amerika Serikat sendiri telah menguntungkan AS lebih dari 183 miliar dolar.

Rekan penulis studi Justin Mankin, seorang ilmuwan iklim Dartmouth College, mengatakan, "AS telah menyebabkan sejumlah besar kerugian ekonomi oleh emisinya, dan itu adalah sesuatu yang kami miliki datanya untuk ditunjukkan."

Ilmuwan iklim Bahama Adelle Thomas dari Climate Analytics, yang bukan bagian dari penelitian mengatakan studi baru-baru ini semakin banyak menunjukkan bahwa kerugian dan kerusakan sudah melumpuhkan negara-negara berkembang. "Studi ilmiah seperti karya inovatif ini menunjukkan bahwa penghasil emisi tinggi tidak lagi memiliki kaki untuk menghindari kewajiban mereka untuk mengatasi kerugian dan kerusakan," ujarnya.

Christopher Callahan, seorang peneliti dampak iklim di Dartmouth selaku penulis utama studi tersebut, mengatakan jika negara-negara yang paling sedikit mengeluarkan emisi justru adalah yang cenderung dirugikan oleh meningkatnya pemanasan global." Jadi ketidaksetaraan ganda bagi saya adalah semacam temuan sentral yang ingin saya tekankan," ujarnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait