Prancis Desak Wanita Laporkan Perubahan Menstruasi Usai Suntik Vaksin COVID-19
pixabay.com/Ilustrasi
Dunia

Sekitar 11.000 wanita telah melaporkan jika mereka telah mengalami perubahan menstruasi. Sebagian besar menunjukan gejala tidak serius seperti periode yang tidak menentu.

WowKeren - Otoritas kesehatan Prancis meminta orang-orang berjenis kelamin perempuan, yang mencurigai adanya perubahan pada siklus menstruasi mereka setelah mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 untuk melapor. Badan Keamanan Obat Nasional (ANSM) mengatakan laporan itu bisa diadukan ke situs web pemerintah.

Langkah itu dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menyelidiki kemungkinan efek samping dari vaksin Pfizer dan Moderna. Kedua merek tersebut telah diberikan 70 juta dosis kepada wanita di Prancis. ANSM dalam sebuah pernyataan pada Selasa (19/7) malam, mendesak para wanita untuk memberikan informasi sedetail mungkin dalam formulir pernyataan yang telah tersedia di situs web kementerian kesehatan.

Sementara itu, sekitar 11.000 wanita telah melaporkan jika mereka telah mengalami perubahan menstruasi. Sebagian besar menunjukkan gejala tidak serius seperti periode yang tidak menentu, atau pendarahan yang berbeda dari biasanya, bisa yang lebih berat maupun lebih lemah.

Meski ini sebagian besar adalah efek jangka pendek yang muncul setelah mendapat suntikan vaksin namun tidak ada hubungan pasti yang dikonfirmasi. Penelitian yang diterbitkan di jurnal Science Advances pekan lalu menunjukkan bahwa 42 persen responden survei melaporkan menstruasi yang lebih berat setelah vaksinasi.


Juga ditemukan bahwa beberapa wanita pascamenopause dan pria transgender dengan hormon yang menguatkan gender melaporkan pendarahan yang tidak terduga. Survei itu dilakukan oleh para peneliti di University of Illinois dan Washington University School of Medicine yang berbasis di AS pada April 2021 terhadap 39.000 orang.

Sementara itu, penelitian terpisah pada Januari lalu, yang dilakukan oleh Oregon Health & Science University menunjukkan rata-rata wanita yang divaksinasi mengalami sedikit keterlambatan hampir satu hari dalam permulaan menstruasi mereka, dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. Penelitian menggunakan data hampir 4.000 orang.

Menurut penulis utama yang menerbitkan temuannya di Obstetrics & Gynecology, sedikit peningkatan panjang siklus menstruasi tidak dinilai signifikan secara klinis.

Sementara itu, Eropa saat ini tengah bergulat dengan kenaikan kasus COVID-19. Dalam enam minggu terakhir, kasus corona di benua itu melonjak hingga tiga kali lipat, menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru