Soal Puisi Ancam Tuhan, PBNU Ingatkan Neno Warisman Tak Samakan Pilpres Dengan Perang Badar
Nasional

Pilpres hanyalah kontestasi yang digelar lima tahunan sehingga sangat keliru jika diibaratkan layaknya perang.

WowKeren - Puisi yang dibacakan oleh Neno Warisman memicu kontroversi dari sejumlah pihak hingga masih menjadi perbincangan panas sampai sekarang. Isi puisi Neno tersebut dinilai mengancam Tuhan.

Beberapa kalangan elite politik memberikan tanggapan terkait hal itu. Wakil presiden Jusuf kalla (JK) bahkan menyebut bahwa aksi baca puisi tersebut merupakan bentuk kampanye yang keliru.

Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Robikin Emhas meminta agar Neno tidak mengibaratkan kampanye layaknya perang. Sebab, hal ini adalah sebuah kekeliruan mengingat Pilpres hanya merupakan kontestasi yang digelar setiap lima tahun sekali.

"Pengandaian Pilpres sebagai perang adalah kekeliruan," kata Robikin dilansir dari Antara pada Senin (25/2). "Pilpres hanya kontestasi lima tahunan."


Robikin menilai bahwa melalui potongan-potongan kalimat puisi yang dibacakannya, Neno seolah mengajak masyarakat untuk menengok kembali ke masa silam saat Perang Badar terjadi berabad-abad lalu. Di perang tersebut jumlah pasukan yang akan bertarung di masing-masing kubu sangat berbeda jauh. Di kubu umat Islam hanya ada sekitar 300 orang sedangkan pasukan musuh terdiri dari ribuan orang.

Robikin menegaskan bahwa baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sama-sama beraga Islam. Oleh sebab itu, ia heran mengapa Neno khawatir jika salah satu Paslon kalah maka sudah tidak ada lagi yang akan menyembah Allah SWT. Ia kemudian mempertanyakan apakah Paslon yang selain didukungnya tidak menyembah Allah SWT.

"Lalu atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau Capres-Cawapres yang didukung kalah?" tegas Robikin. "Apa selain Capres-Cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT?"

Ketua Umum PPP tersebut meminta agar masing-masing individu tidak berusaha untuk mengukur kadar keimanan seseorang. Sebab, hal itu bukan menjadi ranah manusia sebagai makhluk Tuhan. Berusaha mengukur kadar keimanan seseorang melalui kaca mata iman yang dimilikinya hanya akan memicu terjadinya kesalahpahaman.

"Tak usah berusaha mengukur kadar keimanan orang," kata Robikin. "Apalagi masih terbiasa ukur baju orang lain dengan yang dikenakan sendiri."

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait