Over Kapasitas Lapas Disebut Buat Napi Jadi Gay dan Lesbian, Menkumham Yasonna Laoly Buka Suara
Nasional

Laporan mengenai penyimpangan seksual sejumlah napi yang diakibatkan oleh over kapasitas lapas juga telah sampai ke tangan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly.

WowKeren - Baru-baru ini, salah satu dampak masalah over kapasitas penjara di Indonesia terungkap. Para narapidana di Jawa Barat disebut berpotensi mengalami penyimpangan seksual karena kebutuhan biologis yang tak tersalurkan.

Laporan mengenai orientasi seksual sejumlah napi ini juga telah sampai ke tangan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly. Sang Menteri mengaku jajarannya akan menindaklanjuti laporan tersebut.

"Itu di mana-mana sub-kultur dunia, di Lapas bisa ada kejadian seperti itu," tutur Yasonna dilansir detikcom pada Selasa (9/7). "Tapi itu yang kita harus cegah, maka pengawasan harus kita lakukan."

Meski demikian, Yasonna mengaku bahwa over kapasitas di lapas dan rutan juga mempersulit pengawasan. Pasalnya, jumlah petugas tidak sebanding dengan para napi atau tahanan yang harus diawasi.


"Dengan over kapasitas ini kan sangat sulit bagi kami. Tidak mungkin orang (petugas) ditempatkan di satu sel itu terus menerus kan? Tidak ada," ujar Yasonna. "Jadi kita pengawasan dari luar, inspeksi (berkeliling sel)."

Sementara untuk laporan perilaku seks menyimpang para napi, Yasonna mengaku pihaknya akan meneliti kasus tersebut. "Kita teliti, kalau ada yang berperilaku kita pisah agar tidak bisa melakukan seperti itu," terang Yasonna.

Sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah Kemenkum HAM Jabar, Liberti Sitinjak, mengungkap bahwa lapas-lapas di Jabar yang sedianya hanya berkapasitas 15 ribu orang dihuni oleh lebih dari 23 ribu orang. Liberti pun menilai bahwa kondisi tersebut membuat sejumlah napi dan tahanan menjadi gay dan lesbian.

"Lapas dan rutan sudah over kapasitas," jelas Liberti di SOR Arcamanik, Kota Bandung, Senin (8/7). "Ibarat kata, kondisi itu membuat kaki ketemu kaki, kepala ketemu kepala, badan ketemu badan. Dampaknya muncul homoseksualitas (gay) dan lesbian."

Liberti menjelaskan bahwa penyimpangan tersebut muncul karena kebutuhan biologis warga binaan yang tak tersalurkan, terutama yang telah berkeluarga. "Setidaknya gejala itu dari dulu ada. Karena memang begini, bagaimana seseorang yang sudah berkeluarga, masuk ke dalam lapas, otomatis kan kebutuhan biologisnya tidak tersalurkan," pungkas Liberti.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait