Foto-Foto Protokol Ketat Dokter Hingga Relawan RS Darurat Corona di Wisma Atlet
Instagram/debrynadewi
Nasional

Dokter Debryna Dewi Lumanauw yang berada di garis depan mengungkap aturan ketat yang harus dijalani setelah memasuki RS Darurat demi mencegah agar tidak ikut terpapar virus Corona saat menangani pasien.

WowKeren - Pemerintah telah mengumumkan kalau Wisma Atlet Kemayoran Jakarta dijadikan RS Darurat untuk menangani pasien Corona. Total 411 orang menjalani perawatan di tempat tersebut.

Mereka yang menjalani isolasi di sana merupakan pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien positif corona atau COVID-19. "Dari 411 orang itu, 252 di antaranya merupakan pria dan 159 wanita," ujar Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) RS Darurat Wisma Atlet, Laksamana Madya TNI Yudo Margono, Senin, 30 Maret 2020.


Yudo menjelaskan, 411 orang itu terdiri dari 230 PDP, 89 ODP, dan 92 pasien positif corona. Tentunya dengan fungsi yang cukup berat tersebut, rumah sakit Wisma Atlet memberlakukan aturan ketat bagi tenaga medis, relawan dan siapa saja yang memasuki area tersebut.

Debryna Dewi Lumanauw selaku salah satu dokter yang bekerja di RS Darurat mengungkap kalau tempat tersebut dikategorikan sebagai zona merah. Karena itu, dokter, perawat maupun relawan bekerja keras demi menangani pasien. Seperti apa aturan hingga aktivitas mereka yang berada di garda depan? Berikut ulasannya.

(wk/riaw)

1. Pintu Masuk RS Wisma Atlet Dijaga Ketat dan Dilengkapi Bilik Disinfektan


Pintu Masuk RS Wisma Atlet Dijaga Ketat dan Dilengkapi Bilik Disinfektan
InstaStory/debrynadewi

Dokter Debryna Dewi Lumanauw mengungkap kalau pihak yang memasuki RS Darurat Wisma Atlet dikategorikan sebagai ODP atau Orang Dalam Pengawasan. Karena itu, setiap orang diminta agar berhati-hati jika memasuki wilayah tersebut.

Pintu masuk sudah dijaga ketat oleh personil tentara. Selain itu, setiap orang yang masuk wajib menggunakan bilik disinfektan demi mencegah terpapar dari virus Corona.

"Entering red zone. Begitu memasuki zona ini, kami sudah menganggap diri kami sebagai ODP. Sehingga komitmennya adalah kami tidak akan bebas keluar dari sini sebelum dikarantina 14 hari," kata dokter Debryna. "Terdapat tiga zona yakni red, yellow green, dan semuanya dijaga ketat tentara dengan memegang thermogun."

Bilik disinfektan tak cuma disediakan di jalur masuk tetapi juga di setiap zona. "Setiap mau masuk ke zona satu dan lainnya, kita harus 'mandi' untuk mencegah terkontaminasi dan semuanya dijaga oleh tentara," kata dokter Debryna.

2. Pemeriksaan Medis Bagi Dokter Hingga Pekerja di RS Darurat Wisma Atlet


Pemeriksaan Medis Bagi Dokter Hingga Pekerja di RS Darurat Wisma Atlet
InstaStory/debrynadewi

Dokter, perawat, relawan dan setiap pihak yang bekerja di RS Darurat Corona juga harus menjalani pemeriksaan. Dokter Debryna mengungkap kalau setiap orang juga mendapat vitamin serta asuransi kesehatan selama bekerja di RS Wisma Atlet.

"Sungguh luar biasa, semua pekerja mendapat pemeriksaan, asuransi kesehatan dan juga suplemen," serunya. Dokter Debryna juga menunjukkan hasil rapid tes semua pekerja yang sejauh ini negatif.

Sebelumnya, ada ratusan tenaga medis yang dipersiapkan bekerja di RS Darurat Wisma Atlet. "Tenaga medis terdiri atas Puskes TNI 25 orang, Puskesad 50 orang, kemudian Yonkes Marinir 30 orang, Yonkes Kostrad 30 orang, Yonkes AU 30 orang, dan sukarelawan 30 orang serta dari Kemenkes 25 orang. Sehingga semua jumlahnya adalah 225 orang yg sekarang sudah stand by di tower 3," kata Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksamana Madya TNI Yudo Margono.

3. Persiapan Dokter Memakai Baju-Sarung Tangan Rangkap Sebelum Pemeriksaan Pasien


Persiapan Dokter Memakai Baju-Sarung Tangan Rangkap Sebelum Pemeriksaan Pasien
InstaStory/debrynadewi

Demi menghindari tertular virus Corona, dokter juga harus memakai baju maupun sarung tangan rangkap. Dokter Debryna mengungkap kalau syarat utama untuk alat pelindung tubuh haruslah mengacu pada dua hal penting ini.

"Untuk Coverall (penutup tubuh). Ini spesifikasi yang kita pakai di sini. Yang penting water resistant, nutupin seluruh bagian tubuh," serunya. "Coverall yang kita pakai sejujurnya bukan yang terbaik di pasaran. Tapi minimal sudah mengcover 360 derajat dan tahan air."

Ia sempat pula memberitahu syarat pembuatan coverall bila masyarakat ingin membuat sendiri. "Untuk yang lebih detil lagi (kalau mau buat), hidden zip. Prefer di belakang, hoodie nyambung, ada karet supaya pas di tangan, kaki dan tubuh."

4. Dokter Memakai APD dengan Standar Khusus Demi Mencegah Tertular Corona


Dokter Memakai APD dengan Standar Khusus Demi Mencegah Tertular Corona
InstaStory/debrynadewi

Dokter Debryna juga menegaskan kalau masker dan coveral (alat pelindung tubuh) tidak boleh berlubang. Yang menarik, dokter maupun tenaga medis yang mengenakan APD wajib menjalani pemeriksaan terkait kelengkapan mereka.

"Kami tidak mau ada lubang. Jadi setiap mau berangkat, ada teman yang memeriksa apakah ada bagian yang berlubang," kata dokter Debryna. Ia lantas terbuka untuk saran soal pemakaian google yang terkadang terus berembun.

"Yang menjadi gangguan secara pribadi, karena ngembun terus," keluhnya. "Kalau ada ide gimana ngatasi ini,please share."

5. Dokter di RS Darurat Wisma Atlet Melakukan Briefing Setelah Memakai APD


Dokter di RS Darurat Wisma Atlet Melakukan Briefing Setelah Memakai APD
InstaStory/debrynadewi

Dokter Debryna sempat mengungkap alasan memakai baju rangkap maupun sarung tangan rangkap. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pencegahan agar tidak tertular virus Corona setelah berinteraksi langsung dengan pasien.

Tak cuma itu, jam kerja dokter Debryna juga cukup padat. "Aku bekerja di ED seharian penuh. Kami mulai sekitar pukul 5 pagi dan selesai sekitar pukul 3 sore," kata dokter Debryna.

6. Kesibukan Pekerja dan Relawan di RS Darurat Wisma Atlet


Kesibukan Pekerja dan Relawan di RS Darurat Wisma Atlet
InstaStory/debrynadewi

Dokter Debryna juga mengungkap kegiatan para pekerja di RS Darurat. Tak cuma tenaga medis, sejumlah orang ditempatkan di beberapa area.

Rinciannya yakni bagian administrasi, call center dan meeting area. Dokter Debryna juga mengungkap dedikasi para relawan non medis di RS Darurat.

"Administrasi, call center dan meeting area ada di zona kuning. Berlawanan dengan kabar di sosial media, bukan hanya TNI, ada banyak lembaga pemerintah, BUMN, NGO yang bekerja sama dengan gugus tugas Covid-19," serunya. "Tim call center menerima telepon dan pesan teks via WA selama 24 jam sehari. Mereka melakukan pekerjaan yang bagus."

"Kami juga menerima relawan non medis. Kontribusi mereka sangat penting," puji dokter Debryna. "Aku mengapreasiasi mereka. Hanya karena di media tidak terdengar seksi (menarik), mereka kurang mendapat apresiasi, tidak adil."

7. Kegiatan dan Kondisi Ruangan Pasien di RS Darurat Wisma Atlet


Kegiatan dan Kondisi Ruangan Pasien di RS Darurat Wisma Atlet
InstaStory/debrynadewi

Dokter Debryna mengungkap situasi di RS Darurat Wisma Atlet memang cukup intens. Setiap orang berdedikasi penuh dalam bekerja demi kebaikan pasien yang tengah dirawat.

Soal kapasitas Wisma Atlet, sejumlah tower sudah dilengkapi tempat tidur pasien. Selain itu satu tower bisa menampung ribuan orang.

"Kapasitas yang tersedia saat ini, dari 2 tower yang disiapkan menjadi RS. Tower 7 itu mampu menampung 1.700 orang. Sedangkan tower 6, 1.300, sehingga total 3.000 pasien mampu ditampung di RS ini. Kalau skenarionya bertambah buruk, maka bisa akan kita gunakan tower berikutnya yaitu tower 4 dan tower 5," terang Pangdam Jaya Eko Margiyono.

8. Kondisi Tenaga Medis dan Pekerja di RS Darurat


Kondisi Tenaga Medis dan Pekerja di RS Darurat
InstaStory/debrynadewi

Dokter Debryna mengakui pekerjaan di RS Darurat cukup melelahkan. Namun ia dan para pekerja tetap optimis demi memerangi virus Corona.

"Pagi ini di UGD kami kewalahan banget, bukan hanya karena pasien tetapi karena tidak adanya housekeeping dan porter," kata dokter Debryna. "Kami ingin menjadikan lingkungan kerja kami bersih dan nyaman jadi semacam membelah diri. Nyapu, menyiapkan tabung oksigen."

Tak lupa dokter Debryna mengucap terima kasih atas dukungan banyak pihak. "Terima kasih buat semua pekerja non medis. Media tolong memberitakan yang seimbang. Terima kasih juga untuk semua dukungan dari banyak pihak. Semua orang sedang menyumbangkan energi untuk memerangi ini. Tak ada yang berjuang sendirian. Terima kasih," kata dokter Debryna.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait