Kemasan Makanan Cepat Saji Bisa Memicu Berbagai Penyakit, Ini Faktanya
Health

Sekelompok ilmuwan menemukan bahan kimia beracun yang bisa berbahaya untuk kesehatan pada plastik pembungkus makan cepat saji (fast food) yang kerap ditemui.

WowKeren - Plastik pembungkus makanan yang kerap ditemui di restoran makanan cepat saji (fast food) diketahui mengandung bahan kimia beracun yang bisa berbahaya untuk kesehatan. Hal itu ditemukan dalam sebuah penelitian anyar yang digagas kelompok advokasi lingkungan Toxic-Free Future dan Mind the Store.

Dalam laporan berjudul "Packaged in Polution: Are Food Chains Using PFAS in Packaging?" yang dirilis pada Kamis (6/8), menjelaskan jika peneliti menemukan bahan kimia perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl (PFAS) dalam kemasan yang umum digunakan untuk membungkus burger atau kentang goreng di sejumlah restoran cepat saji.

Tak hanya kertas plastik pembungkus, PFAS berkonsentrasi tinggi juga ditemukan di mangkuk atau wadah 'ramah lingkungan' yang digunakan oleh beberapa rantai kuliner di Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, tak semua pembungkus yang digunakan mengandung bahan kimia tersebut. Ada beberapa pembungkus yang dinyatakan aman.

PFAS merupakan zat kimia anti-air dan minyak yang banyak digunakan dalam berbagai produk konsumen, termasuk kemasan makanan cepat saji, wajan anti-lengket, dan beberapa lainnya. Zat ini tak dapat terurai di lingkungan.

Makanan seperti burger dan kentang goreng adalah yang paling mungkin dikemas oleh kemasan yang mengandung PFAS. Center for Disease and Prevention Control (CDC) AS telah mendefinisikan PFAS sebagai 'masalah kesehatan masyarakat'.


Dilansir dari CNN, sejumlah bukti telah memperlihatkan bahaya PFAS terhadap tubuh. Beberapa penelitian selama dekade terakhir telah menemukan bahwa paparan PFAS dapat memicu sejumlah masalah kesehatan mulai dari kerusakan hati, gangguan kekebalan tubuh, gangguan endokrin, hingga kanker.

Dalam jurnal Lancet Diabetes and Endocrinology yang telah diterbitkan menemukan adanya bahan kimia tertentu yang dapat menganggu proses endokron dengan merusak air mani dan meningkatkan kanker prostat pada pria, kanker payudara, sindrom ovarium polikistik, dan endometriosis pada wanita. Bahan kimia itu ditemukan juga dalam PFAS.

Sedangkan dalam laporan CDC AS pada 2015 lalu juga pernah menemukan bahwa PFAS terdeteksi dalam darah 97 persen orang Amerika. Ahli mikrobiologi Linda Birnbaum mengatakan bahwa hasil penelitian ini patut menjadi perhatian masyarakat. Masyarakat harus bisa memilih barang-barang apa yang akan digunakan atau tidak.

"Mungkin itu (hasil penelitian) adalah sesuatu yang perlu konsumen pikirkan," ujarnya. "Apakah lebih penting membungkus makanan dengan PFAS untuk mencegah minyak berlebih? Atau, apakah kita akan membiarkan minyak itu, tapi tidak perlu menggunakan kemasan mengandung PFAS?"

Beruntung, dari hasil penelitian tersebut sejumlah restoran cepat saji menyatakan akan mulai mengurangi penggunaan kemasan yang mengandung PFAS ke depannya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait