Psikolog Ungkap Penyebab Uang Rp75 Ribu Jadi Daya Tarik Hingga Heboh Diburu Masyarakat
SerbaSerbi

Pecahan uang Rp75 ribu yang diluncurkan dalam rangka HUT RI Ke-75 telah menghebohkan masyarakat. Psikolog lantas menjelaskan daya tarik mengapa uang tersebut terus diburu.

WowKeren - Pemerintah Indonesia telah meluncurkan pecahan uang Rp75 ribu dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-75 tahun. Edisi pecahan uang yang cukup langka tersebut langsung menyita perhatian masyarakat.

Dilansir dari CNNIndonesia, banyak masyarakat langsung memburu dan mencari uang Rp75ribu tersebut. Hal ini dibuktikan dari laporan pemesanan penukaran mata uang tersebut yang seolah meledak hingga 3 September 2020 mendatang.

Seorang psikolog Mario Carl Joseph dari MS Wellbeing, Tebet, Jakarta Selatan lantas menjelaskan mengenai fenomena tersebut dari sisi psikologi. Menurutnya, banyaknya pemesanan itu disebabkan karena uang tersebut merupakan barang yang limited edition atau langka.

Mario menjelaskan hal tersebut membuat banyak orang bisa merasakan dorongan untuk 'harus' memiliki barang limited edition itu. Pasalnya, situasi barang yang langka secara otomatis akan memicu rasa penasaran sehingga seseorang dapat merasa tergila-gila untuk memiliki barang-barang dengan label terbatas.

Mengoleksi barang limited edition disebutkan Mario merupakan hal yang sangat wajar dan biasa dialami oleh siapa saja. Terlebih, barang tersebut seolah dapat menjadi wujud atau simbol yang bermakna khusus bagi seseorang.


Dalam hal ini, nilai pecahan mata uang Rp75 ribu yang diluncurkan pemerintah tersebut dinilai memiliki makna bagi banyak masyarakat Indonesia. Apalagi, uang itu telah mempresentasikan keragaman budaya Tanah Air hingga sebagai bentuk rasa bangga masyarakat terhadap negaranya.

”Alasan orang mengoleksi suatu barang, termasuk limited edition, tentu saja dikarenakan hobi,” jelas Mario seperti dilansir dari Detik, Kamis (20/8). “Bisa jadi karena pengaruh teman. Jadi, kemungkinannya dua itu, hobi dan pengaruh orang lain.”

Meski wajar, namun Mario tetap mengingatkan terkait pentingnya mengendalikan dirin dalam mengoleksi suatu barang dengan label terbatas. Jika seseorang kerap memberi barang limited edition tanpa memiliki kendali diri, maka perilaku orang tersebut dapat dikatakan memiliki gangguan impulsive buying.

Impulsive buying atau yang disebut membeli barang secara impulsif dapat menjadi blunder jika tidak diimbangi dengan adanya perencanaan keuangan. Gangguan tersebut dapat menyebabkan kebutuhan lain yang jauh lebih penting menjadi tidak terpenuhi.

Selain itu, Mario juga menjelaskan impulsive buying berpotensi menurunkan empati seseorang terhadap lingkungannya. “Perilaku membeli impulsif juga beresiko menyebabkan empati seseorang dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi berkurang,” pungkasnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait