Kritik Kebijakan Nadiem Soal Kuota Gratis, KPAI Pertanyakan Solusi PJJ Luring
Getty Images
Nasional

Selain keterbatasan kemampuan peserta didik untuk membeli kuota internet, ada peserta didik yang bahkan tidak memiliki gawai untuk bisa melangsungkan PJJ.

WowKeren - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah menggelontokan sejumlah anggaran untuk memberikan kuota gratis selama pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi COVID-19. Adapun rincian kuota internet yang akan dibagikan adalah siswa sebesar 35 GB per bulan dan guru 42 GB per bulan. Sedangkan untuk mahasiswa dan dosen sebanyak 50 GB per bulan.

Kebijakan ini rupanya mendapat kritik dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia. KPAI menilai jika kebijakan ini masih belum menjawab sepenuhnya persoalan pembelajaran jarak jauh.

Pasalnya, PJJ selama masa pandemi memiliki seabrek persoalan. Selain keterbatasan kemampuan peserta didik untuk membeli kuota internet, ada peserta didik yang bahkan tidak memiliki gawai untuk bisa melangsungkan PJJ. Oleh sebab itu, Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti mengingatkan Mendikbud untuk juga menyoroti masalah ini.

"Anggaran yang hanya untuk pemberian kuota internet seperti yang dilakukan Kemendikbud mengundang pertanyaan bagi banyak pihak," kata Retno, Minggu (30/8). "Karena hanya menyelesaikan satu kendala dan jadi bias kelas."


Bantuan kota hanya bisa dinikmati oleh siswa maupun peserta didik yang memiliki gawai maupun bisa mengakses internet. Namun tidak dengan peserta didik yang tinggal di pelosok dimana akses internet masih sulit untuk didapat.

PJJ yang bisa dilakukan hanyalah metode luring atau luar jaringan. Sehingga Mendikbud juga diminta untuk memikirkan solusi bagi mereka yang mengalami kendala luring ini.

"Kelompok ini hanya bisa dilayani secara luring, namun tak ada bantuan pemerintah untuk luring," tutur Retno. "Kelompok anak-anak ini tetap tak terlayani PJJ-nya."

Sebab, pembelajaran secara luring juga memerlukan dukungan anggaran pemerintah. Retno mengatakan jika pemerintah seharusnya bisa mengalokasikan anggaran untuk membeli gawai bagi siswa maupun guru untuk mendukung proses pembelajaran.

"Jadi kalau ada pemetaan masalah dan kebutuhan yang jelas," ujar Retno. "Maka anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk membantu membeli gadget bagi siswa atau guru yang tidak memiliki, pasang alat penguat sinyal di daerah-daerah yang susah sinyal."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait