Epidemiolog Sebut Daerah yang Tak Optimal Terapkan 3T Seperti Menyimpan Bom Waktu COVID-19
Nasional

Jika pemerintah daerah tidak mengoptimalkan kebijakan 3T maka bukan hal yang mengejutkan jika tiba-tiba terjadi ledakan kasus positif COVID-19 di suatu wilayah

WowKeren - Dalam menghadapi pandemi COVID-19, ada strategi khusus yang harus dilakukan untuk memutus laju penyebaran virus. Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan agar masing-masing kepala daerah menerapkan 3T yakni testing, tracing, dan treatment.

Yang pertama adalah testing. Testing dilakukan untuk mencari dan mengidentifikasi kasus COVID-19. Lalu tracing adalah upaya untuk melakukan penelusuran terhadap siapa saja yang pernah berkontak dengan orang-orang yang positif COVID-19 dalam suatu daerah.

Ketiga adalah treatment. Treatment ini adalah upaya untuk merawat warga yang terpapar corona. Hal ini dilakukan dengan isolasi baik secara mandiri maupun penyediaan tempat secara umum.

Dicky menuturkan jika langkah 3T ini perlu diterapkan secara nasional. Tak hanya di luar Jawa namun juga di dalamnya. Apalagi untuk provinsi seperti Jakarta dimana populasi penduduknya sangat besar.


"Untuk secara nasional ini pelajaran penting di luar Jawa. Termasuk juga di Jawa sekali pun melihat apa yang terjadi di Jakarta ini menjadi penting, karena Jakarta penduduknya 10 juta," kata Dicky dilansir Okezone, Rabu (2/9). "(Sementara) Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur itu jauh lebih besar. Mereka cakupan testingnya jauh lebih rendah dari Jakarta."

Oleh sebab itu, masing-masing Pemda harus mengupayakan agar 3T ini berjalan optimal. Sebab jika tidak, hal itu sama saja seperti menyimpan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Jika tidak dioptimalkan 3T maka bukan hal yang mengejutkan jika tiba-tiba terjadi ledakan kasus positif COVID-19.

"Ini jauh lebih berbahaya (seperti) menyimpan bom waktu, bila tidak segera dilakukan perbaikan dalam performa mereka," tutur Dicky menjelaskan. "Ini artinya kasus yang jauh lebih serius dari pada yang terjadi di Jakarta saat ini."

Berdasarkan ketentuan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), testing corona dilakukan 1 dalam setiap 1.000 populasi penduduk setiap minggunya. Terkait jumlah testing ini, Indonesia masih jauh di bawah target WHO.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait