Bukan Corona, Anak-anak Justru Dikhawatirkan Terkena Campak Saat Pandemi
Health

Pakar medis Inggris, Prof Russell Viner, President Royal College of Paediatrics and Child Health, lebih mengkhawatirkan jika anak-anak terkena campak selama pandemi ketimbang terinfeksi COVID-19.

WowKeren - Banyak anak-anak yang sudah menetap di rumahnya selama 6 bulan demi menghindari penyebaran virus corona (COVID-19). Selama 6 bulan anak-anak menerapkan belajar secara online, sehingga membuat mereka merasa bosan, stres dan tak bersemangat untuk menerima materi dari guru.

Pakar medis Inggris, Prof Russell Viner, President Royal College of Paediatrics and Child Health, mengatakan untuk segera mengembalikan anak-anak ke sekolah. Menurutnya, alih-alih terkena COVID-19, anak-anak sesungguhnya malah berisiko terserang campak selama pandemi.

Hal ini dikarenakan anak-anak tidak mendapatkan vaksin MMR lantaran orangtua takut membawa anaknya ke rumah sakit. "Minggu lalu, ada makalah ilmiah yang membahas anak punya risiko kecil bergejala parah saat terinfeksi Covid-19. Kami juga tahu jika anak-anak hanya memainkan peran kecil untuk menularkan virus," ujar Prof. Viner dilansir The Sun, Rabu (2/9).

Ia kemudian mengungkap data ada lebih dari 5.000 anak meninggal setiap tahunnya di Inggris, sebagian besar meninggal karena penyakit campak atau tewas dalam kecelakaan berlalu lintas di jalan raya.


Tapi penyebab kematian itu tidak membuat orangtua menghentikan mereka pergi ke sekolah dan menaiki kendaraan. Justru untuk menguranginya, kita akan meminta mereka mengenakan sabuk pengaman, dan melarang mereka bermain di jalan.

Sedangkan untuk mencegah anak terkena campak, mereka akan diberikan vaksinasi, bukan mengurung mereka di rumah dan mengabaikan vaksinasi yang wajib didapatkan anak. “Saya jauh lebih khawatir tentang risiko campak pada anak-anak daripada COVID-19," tegas Prof. Viner. "Jadi, anak-anak wajib mendapatkan vaksin terbaru, termasuk vaksin flu yang harus diulang setiap tahunnya."

Sementara itu, Wakil Kepala Petugas Medis Inggris, Jenny Harries menyebut jika anak-anak lebih berisiko tinggi mengalami cedera akibat kecelakaan mobil daripada terinfeksi virus corona. Menurutnya, semakin lama sekolah ditutup maka hal tersebut berpotensi merusak perkembangan dan kesejahteraan anak.

Bahkan dampak negatif anak tidak masuk sekolah jauh lebih besar daripada jika terinfeksi COVID-19. ”Kami tahu bahwa jika anak-anak ketinggalan pendidikan, terutama mereka yang berada di daerah yang lebih tertinggal,” papar Harries. “Itu akan memiliki dampak negatif yang bertahan lama pada kesehatan dan kesempatan hidup mereka.”

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel