Temuan Baru! Tingkat Stres Bisa Dideteksi Dengan Kotoran Telinga, Ilmuwan Beri Penjelasan
Health

Ilmuwan berhasil menemukan cara terbaru yang juga sangat unik untuk mendeteksi tingkat stres seseorang. Rupanya, metode ini mengandalkan kotoran telinga pasien untuk melakukan diagnosis.

WowKeren - Ilmuwan baru-baru ini telah menemukan metode terbaru yang cukup unik untuk mendeteksi tingkat stres pada seseorang. Rupanya, ilmuwan menyebut kotoran telinga disebut dapat mendeteksi tingkat hormon stres kortisol.

Peneliti dari Institute of Cognitive Neuroscience University College London, Inggris menjelaskan kotoran telinga digunakan untuk mendiagnosis seseorang dari depresi atau stres. Peneliti mengklaim cara pengetesan ini lebih efektif karena lebih murah untuk mengukur kadar kortisol kronis.

Selain itu, metode tes ini juga lebih mudah karena bisa dilakukan di rumah tanpa pengawasan klinis. Tak hanya bisa mengukur stres, sampel ini juga bisa untuk mengukur glukosa atau antibodi COVID-19 menumpuk di kotoran telinga.

"Pengambilan sampel kortisol sangat sulit, karena kadar hormon dapat berfluktuasi, jadi sampel mungkin bukan cerminan yang akurat dari kadar kortisol kronis seseorang," jelas peneliti utama metode ini, Dr Andres Herane-Vives seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (4/11). "Selain itu, metode pengambilan sampel itu sendiri dapat menyebabkan stres dan memengaruhi hasil."


Selama ini, tingkat kortisol seseorang dapat dites dengan menggunakan darah, urin, dan air liur. Meski demikian, cara tersebut hanya untuk mendeteksi tingkat stres jangka pendek dan bukan kondisi kronis.

Sementara itu, Herane-Vives mengklaim pengetesan tingkat stres dengan menggunakan kotoran telinga bisa mendapatkan hasil yang lebih stabil dan akurat. Ia berharap agar metode pengetesan yang diciptakannya ini dapat melakukan uji tingkat stres secara efektiif, cepat, dan murah hingga membantu perawatan depresi bagi jutaan orang di dunia.

"Dengan perangkat baru kami, mudah untuk mengambil sampel dan menguji secara cepat, murah, dan efektif," jelas Herane-Vives. "Kami berharap dapat mengubah diagnosis dan perawatan bagi jutaan orang dengan depresi atau kondisi terkait kortisol seperti penyakit Addison dan sindrom Cushing, dan banyak kondisi lainnya."

Adapun perangkat pengujian yang dikembangkan timnya dengan alat menyerupai kapas tetapi memiliki 'rem' untuk mencegahnya masuk terlalu jauh ke telinga dan menyebabkan kerusakan. Ujung perangkat ini berisi bahan organik, dengan larutan yang telah diuji paling efektif dan andal dalam mengambil sampel kotoran telinga.

Saat melakukan uji coba, peneliti menemukan sampel kotoran telinga menghasilkan lebih banyak kortisol daripada sampel rambut. Kini, mereka terus menyelidiki fungsi perangkat mereka apakah bisa digunakan untuk mengukur kadar glukosa, memantau diabetes, dan bahkan berpotensi mendeteksi antibodi COVID-19.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait