7 Tips Hadapi Anak Remaja Yang Sedang Alami Pubertas, Jangan Sekali-kali Gunakan Kekerasan Ya!
Rawpixel/Ake
SerbaSerbi

Saat anak mengalami pubertas, tak hanya fisiknya saja yang berpengaruh, namun psikis mereka. Tidak selalu mudah untuk berbicara dengan anak-anak tentang tubuh mereka.

WowKeren - Masa puber anak sering dianggap sebagai “momok” untuk beberapa orangtua. Pubertas sendiri merupakan suatu tahap perkembangan seorang anak menjadi dewasa secara seksual. Pada perempuan, pubertas terjadi pada rentang usia 10-14 tahun dan pada laki-laki, pubertas terjadi pada kisaran usia 12-16 tahun.

Dalam masa pubertas, baik remaja perempuan maupun laki-laki akan merasakan adanya perubahan dalam tubuhnya. Perubahan tubuh ini terjadi karena adanya perubahan hormon di masa pubertas. Selain para remaja, orangtua juga sebaiknya memahami tanda-tanda pubertas.


Saat anak mengalami pubertas, tak hanya fisiknya saja yang berpengaruh, namun psikis mereka. Anak jadi mulai ingin tahu hal-hal yang baru dan juga sering memberontak karena ledakan hormon. Tidak selalu mudah untuk berbicara dengan anak-anak tentang tubuh mereka.

Namun, melakukan percakapan terbuka dan santai sebelum perubahan fisik mulai membantu anak merasa baik-baik saja ketika tubuhnya mulai berubah. Berikut tim WowKeren rangkum 7 tips menghadapi anak yang sedang mengalami pubertas. Yuk disimak!

(wk/putr)

1. Terbuka Pada Anak


Terbuka Pada Anak
Getty Images/gradyreese

Perubahan fisik memang tak bisa dihindari saat pubertas, hal inilah yang harus diperhatikan orangtua. Orangtua harus terbuka pada anak agar tak canggung saat harus membicarakan perubahan fisik tersebut. Apalagi jika kalian menganggap materi ini saru untuk dibahas dengan anak.

Perbanyaklah diskusi dengan anak dan manfaatkan waktu semacam itu untuk menggali sikap kritis anak dengan melontarkan pertanyaan atau meminta pendapat anak mengenai sesuatu yang barusan ia lihat. Dengan pola seperti ini, mereka akan terbiasa bertanya dan mengungkapkan opini. Orangtua dan anak menjadi terbuka satu sama lain sehingga, percakapan yang mengarah pada alat reproduksi tidak lagi saru.

2. Bekali Diri Dengan Sabar


Bekali Diri Dengan Sabar
Getty Images

Perubahan emosi yang penuh gejolak adalah ciri khas remaja saat puber. Pada detik tertentu, mereka bisa menjadi tenang dan nyaman namun beberapa detik kemudian, mereka bisa berubah kesal dan kecewa. Hal ini bisa mempengaruhi banyak hal mulai dari hubungan mereka dengan teman maupun nilai di sekolah.

Untuk itu, kalian harus banyak bersabar. Pasalnya, kalian tidak bisa mengimbangi emosi labil mereka dengan kemarahan. Orangtua harus extra sabar dan menerima segala perubahan anak dengan ikhlas serta penuh rasa syukur. Inilah fase dimana anak-anak akan belajar menjadi pribadi dewasa.

3. Jadilah Teman Dan Pendengar Yang Baik Bagi Anak


Jadilah Teman Dan Pendengar Yang Baik Bagi Anak
Getty Images

Ketika memasuki masa pubertas, anak biasanya sulit untuk terbuka. Seorang psikolog klinis, Laura Kirmayer, menyarankan mencari momen khusus satu atau dua kali dalam seminggu untuk menghabiskan waktu bersama anak. Dalam momen khusus ini, kalian akan meningkatkan hubungan secara personal dengan anak.

Posisikan diri menjadi teman dan pendengar bagi mereka. Percayalah orangtua tidak akan kehilangan kehormatan saat harus menjadi teman bagi anak. Perlakukan anak sebagai seseorang yang bisa kalian curhati. Maka, mereka pun akan melakukan hal yang sama pada orang tua. Hindari mengabaikan pendapat anak dan terapkan prinsip, 2 kali mendengar dan 1 kali berbicara.

4. Jangan Overprotective


Jangan Overprotective

Saat masa puber, orangtua cenderung overprotective karena tak ingin putra-putrinya terpapar hal-hal negartif. Hal ini sebaiknya dihindari karena sang remaja yang merasa dirinya telah dewasa, kemudian menganggap orangtuanya cerewet dan terlalu banyak mengatur. Dampak dari pola asuh orangtua yang terlalu protective adalah anak-anak menjadi manja.

Karena terbiasa dilayani dan dilindungi orangtua secara berlebihan, mereka jadi tidak mengenal dan tidak mampu mengelola resiko. Mulailah untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab pada anak. Pada fase ini, orangtua harus mengajari anak untuk bertanggung jawab pada hidupnya. Secara bertahap, orangtua harus mengurangi keikutsertaannya dalam mengambil keputusan terkait masalah anak. Cukup berikan wawasan dan konsekuensi baik serta buruk dari tiap tindakan anak.

5. Berikan Nasehat Yang Tegas Namun Lembut


Berikan Nasehat Yang Tegas Namun Lembut
Getty Images/Westend61

Menghadapi anak remaja keras kepala bukanlah hal yang mudah. Ketika remaja melakukan kesalahan, berikan nasihat dengan nada yang tenang. Saat berbicara, lihatlah situasi sekitar. Sebaiknya, tidak memberikan nasihat saat ia terlihat sedang lelah atau emosi.

Ketika suasana tenang dan suasana mood-nya sedang baik, itulah saatnya memberikan nasihat. Pastikan menyampaikan nasihat dengan nada yang tenang tanpa membentak. Perlu diingat bahwa jika diperlakukan kasar, anak malah semakin melawan. Jadi cukup dengan mendekatinya dengan halus tapi juga menegaskan batasan bahwa ia tak bisa bersikap seenaknya pada orangtua.

6. Berikan Hukuman Atau Hadiah Sesuai Dengan Perilaku Anak


Berikan Hukuman Atau Hadiah Sesuai Dengan Perilaku Anak
Rawpixel/Karolina/Kaboompics

Pubertas merupakan hal yang baru bagi anak, untuk itu , mustahil bagi mereka mendapatkan nilai sempurna untuk tiap peraturan. Satu atau dua aturan mungkin akan dilanggar oleh anak. Untuk itu, ada baiknya kalian lakukanlah evaluasi untuk tiap tindakan anak. Jika anak menunjukkan perkembangan yang baik, berikanlah reward. Jika anak melanggar aturan yang telah dibuat, berikanlah hukuman.

Reward dan hukuman haruslah seimbang dan sesuai dengan hasil usaha anak. Saat anak pulang terlambat dari sekolah dan tidak mengabari orangtua, kalian bisa menghukumnya dengan mengurangi uang saku. Berikanlah konsekuensi dengan penjelasan. Kalian juga harus mengajaknya duduk bersama, kemudian menjelaskan kesalahan atau ketepatan anak. Hindari membentak, mengancam dan menceritakan kesalahan anak pada orang lain.

7. Bantu Anak Memulai Gaya Hidup Sehat


Bantu Anak Memulai Gaya Hidup Sehat
FatCamera

Gaya hidup sehat ternyata juga dibutuhkan untuk membantu memaksimalkan masa puber yang dialami anak. Selama masa puber, anak memiliki nafsu makan yang meningkat dan membutuhkan lebih banyak makanan. Orangtua bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi anak remaja dengan cara terbaik, dengan menyediakan makanan dan minuman sehat di rumah, mendorong membawa bekal sehat.

Terlalu banyak makanan dan minuman yang tinggi gula dan lemak bisa mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas. Gangguan makan juga bisa berkembang pada masa ini. Untuk kesehatan fisik dan mental yang baik, selama masa puber anak memerlukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik sedang hingga tinggi setiap hari. Orangtua bisa membuat anak aktif dengan mendorong gerakan harian dan membuatnya tetap terlibat dalam kegiatan tim dan individu di luar dan dalam ruangan.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru