Hasil Studi: Antidepresan Bisa Kurangi Risiko Rawat Inap Pasien COVID-19
pixabay.com
Dunia

Sebuah hasil studi berskala besar menyebutkan bahwa risiko rawat inap pada pasien COVID-19 bisa diminimalisir dengan obat antidepresan. Dengan begini, juga bisa meminimalisir risiko kematian.

WowKeren - Pandemi COVID-19 masih menyerang banyak negara di dunia. Masing-masing pemerintah tengah berupaya keras untuk bisa keluar dari pandemi.

Pada Kamis (28/10), sebuah hasil studi skala besar menyebutkan bahwa mengobati pasien COVID-19 yang berisiko tinggi dengan obat antidepresan fluvoxamine dapat mengurangi risiko rawat inap yang berkepanjangan. Para penulis mengatakan bahwa penelitian itu dapat membantu meningkatkan perlindungan berbiaya rendah terhadap penyakit parah atau kematian di negara-negara yang belum menerima dosis vaksin atau pasokannya belum memadai sehingga tidak merata.

Melansir today online, fluvoxamine sendiri secara tradisional digunakan untuk mengobati kondisi kesehatan mental seperti depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif ddan dipilih untuk diadili karena sifat anti inflamasinya. Akibat COVID-19, banyak permasalahan yang ditimbulkan oleh pembengkakan karena sistem kekebalan bereaksi berlebihan terhadap infeksi.


Dalam jurnal The Lancet Public Health, peneliti asal Amerika Utara dan Selatan menggambarkan hasil pada lebih seribu pasien rawat jalan COVID-19 di Brasil, 741 di antaranya menerima fluvoxamine. Hasilnya 79 orang di antaranya menjalani rawat inap yang lama di rumah sakit. Sementara sisanya di rawat di rumah sakit dalam waktu yang relatif lebih sebentar.

Selanjutnya, penulis mengatakan bahwa pemberian fluvoxamine menghasilkan pengurangan relatif dalam rawat inap sebesar 32 persen. "COVID-19 masih menimbulkan risiko bagi individu di negara-negara dengan sumber daya rendah dan akses terbatas ke vaksinasi," terang Dr Edward Mills dari McMaster University selaku peneliti utama dalam uji coba tersebut.

Maka dari itu, Mills mengidentifikasi terapi yang murah, tersedia secara luas, dan efektif terhadap COVID-19 sangat penting, dan penggunaan kembali obat-obatan yang ada dan tersedia secara luas, serta memiliki profil keamanan dengan pemahaman baik menjadi perhatian khusus. Meski mengurangi risiko kematian bukan lah fokus utama penelitian ini, tetapi juga ditemukan bahwa pada akhirnya 12 pasien kelompok plasebo meninggal, sementara hanya ada satu dari kelompok fluvoxamine yang meninggal karena COVID-19.

"Mengingat keamanan fluvoxamine, tolerabilitas, kemudahan penggunaan, biaya rendah, dan ketersediaan luas, temuan ini mungkin memiliki pengaruh penting pada pedoman nasional dan internasional tentang manajemen klinis COVID-19," papar Dr Gilmar Reis, pemimpin studi berdasarkan di Belo Horizonte, Brasil.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru