Unsur Fiksi di Drama Sejarah Sedang Naik Daun, Begini Pendapat Para Profesor Korea
MBC
TV

Baru-baru ini muncul diskusi tentang penggunaan unsur fiksi di drama Korea yang bergenre sejarah. Hal ini pada akhirnya memicu perdebatan di antara sejarawan Korea.

WowKeren - Belakangan ini drama Korea bergenre sejarah yang disertai dengan unsur fiksi selalu disukai oleh pemirsa, sehingga tren seperti ini semakin menonjol. Di sisi lain, drama sejarah yang diangkat dari kisah nyata menjadi semakin langka.

Di antara drama bergenre sejarah yang sedang tayang adalah "Secret Royal Inspector Joy", "Moonshine" dan "The Red Sleeve". Berbeda dengan "Secret Royal Inspector Joy" dan "Moonshine", "The Red Sleeve" menggambarkan kehidupan Raja Jeongjo (1752-1800).

Kendati demikian, drama ini berfokus pada hubungan romantis sang raja alih-alih menggambarkan peristiwa bersejarah. Tampaknya hal ini menjadi salah satu poin tambah yang membuat "The Red Sleeve" begitu dicintai.

Sehubungan dengan maraknya drama sejarah yang disertai dengan unsur fiksi, sejumlah pakar di Korea khawatir bahwa tayangan semacam itu akan mengubah sejarah negaranya di mata publik internasional.

Ban Byung Yool, seorang profesor sejarah dari Hankuk University of Foreign Studies menjelaskan, "Aku tahu ada yang namanya lisensi resmi. Tapi aku merasa sedikit skeptis sebagai sejarawan. Ketika drama hanya berfokus pada karakter fiksi dan alur cerita, aku khawatir pemirsa mungkin tidak menganggap serius peristiwa sejarah."

Dia melanjutkan, "Aku percaya tujuan dari drama sejarah adalah untuk menyampaikan pelajaran dari masa lalu. Kesengsaraan yang dialami oleh beberapa tokoh sejarah berabad-abad lalu masih cukup umum dan mudah dipahami."

"Kisah nyata mereka dapat menyampaikan pesan abadi. Tapi jika semuanya hanya fiksi, pada akhirnya yang tersisa hanya romansa dan kostum," imbuh profesor Ban Byung Yool.

Dia menambahkan, "Aku tidak mengatakan acara TV harus serealistis artikel akademis, tapi perlu ada tingkat akurasi sejarah tertentu. Jika sebuah drama diatur pada tahun 1800-an tapi karakternya berperilaku seperti zaman modern, itu adalah keterbelakangan. Aku khawatir penonton, terutama orang asing, akan melihat hal-hal fiksi sebagai realitas sejarah Korea."


Di sisi lain, Profesor Park Chan Seung dari Departemen Sejarah Universitas Hanyang memiliki pandangan berbeda. Dia menuturkan, "Aku berharap drama periode bisa mempromosikan budaya Korea daripada sejarah."

"Fiksi adalah pilihan yang lebih baik untuk menghindari penghinaan dan distorsi sejarah hingga menerima keluhan dari keturunan tokoh sejarah nyata. Ini cukup sering terjadi ketika tokoh-tokoh nyata digambarkan secara negatif di layar kaca. Fiksi memungkinkan penulis skenario membuat karyanya jauh lebih kreatif," paparnya.

Dia melanjutkan, "Tidak ada aturan bahwa drama sejarah harus mengikuti sejarah yang sebenarnya. Jika demikian, plotnya bisa menjadi terlalu serius dan tidak menarik. Akibatnya, peristiwa sejarah mungkin hanya menjadi inspirasi untuk alur cerita yang menarik."

Melihat perdebatan semacam itu, Jeong Deok Hyun selaku kritikus budaya pop turut menyuarakan pendapatnya. Dia menyatakan bahwa film atau drama murni hiburan, sehingga entah nyata atau fiksi, yang terpenting adalah jalan cerita yang menarik.

Dia menjelaskan, "'Squid Game' sukses besar dan telah mendorong orang luar untuk menonton lebih banyak konten Korea. Sebelum itu, banyak pemirsa internasional yang sudah akrab dengan dinasti Joseon berkat serial zombie 'Kingdom'."

"Ini berarti drama dan film sejarah Korea memiliki banyak keunggulan ketika bersaing di skala internasional," lanjutnya. "Itulah sebabnya 'The King's Affection' menjadi trending di seluruh dunia."

Dia menambahkan, "Masalahnya, sebagian besar penonton internasional tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menguraikan apakah sebuah drama sejarah akurat atau tidak. Itulah sebabnya yang paling penting bagi mereka adalah alur cerita yang menarik."

"Bahkan ada banyak penonton domestik yang menyukai sejarah Korea, memiliki pemikiran yang sama. Hal terpenting dari sebuah drama adalah tujuan hiburannya, bukan untuk mendidik seseorang tentang sejarah. Nyata atau fiktif, yang penting efisiensi dramanya," tandas Jeong Deok Hyun.

Selain itu, Jeong Deok Hyun juga menunjukkan bahwa kisah cinta romantis dalam drama sejarah akan membuat jalan ceritanya lebih menarik. Khususnya jika melibatkan perbedaan kelas sosial yang keras karena pasangan tersebut harus melalui banyak rintangan. Hal itu menjelaskan mengapa plot romansa adalah detail yang luar biasa dalam drama sejarah.

(wk/eval)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru