Uskup Gay Pertama Amerika Serikat Kenang Kebaikan Mendiang Desmond Tutu
AP/Lee Marriner
Dunia

Uskup gay pertama di Gereja Episkopal Amerika Serikat, Gene Robinson, mengenang momen Desmond Tutu membelanya saat ia dikeluarkan dari pertemuan Gereja Anglikan global karena seksualitasnya.

WowKeren - Kepergian aktivis pemenang Nobel Perdamaian untuk keadilan rasial asal Afrika Selatan, Desmond Tutu, meninggalkan duka bagi banyak orang. Salah satunya turut dirasakan oleh uskup gay pertama di Gereja Episkopal Amerika Serikat, Gene Robinson.

Kala Robinson dikeluarkan dari pertemuan Gereja Anglikan global karena seksualitasnya pada tahun 2008 silam, Desmond Tutu diketahui datang untuk membelanya. "Gene Robinson adalah manusia yang luar biasa, dan saya bangga menjadi bagian dari gereja yang sama dengan dia," tulis Tutu dalam kata pengantar buku yang diterbitkan Robinson tahun itu.

Pada Minggu (26/12), Robinson menyatakan bahwa dirinya telah berusaha untuk memenuhi kata-kata Tutu sejak saat itu. Dalam sebuah wawancara via telepon, Robinson menyatakan bahwa kepergian Tutu terasa cukup nyata karena ia merasakan kesedihan dari seluruh dunia.


"Mungkin saat itu, dan mungkin masih, tidak ada yang lebih dikenal di seluruh dunia selain Desmond Tutu. Itu adalah sikap kemurahan hati dan kebaikan yang luar biasa," ujarnya dilansir dari The Associated Press. "Sekarang, dengan pernikahan gay, sulit untuk mengingat betapa kontroversialnya ini, dan baginya untuk berdiri bersama saya pada saat saya dikeluarkan ... itu benar-benar membuat saya sedih."

Tutu yang meninggal di usia 90 tahun merupakan sosok aktivis yang memerangi apartheid dan rezim penindasan brutal Afrika Selatan terhadap mayoritas kulit hitamnya. Tutu juga merupakan advokat terkemuka untuk hak-hak LGBTQ dan pernikahan sesama jenis.

Kala menulis kata pengantar untuk buku Robinson, Tutu sempat meminta maaf atas "kekejaman dan ketidakdilan" yang dialami komunitas LGBTQ di tangan sesama Anglikan. Menurut Robinson, Tutu menggunakan pengalaman penindasannya sendiri untuk memahami dan berempati dengan orang lain.

"Dia menggunakan itu sebagai jendela dalam bagaimana rasanya menjadi seorang wanita, bagaimana rasanya menjadi seseorang di kursi roda atau seseorang untuk LGBTQ atau apa pun itu," katanya. "Itu adalah hal yang mengajarinya untuk berbelas kasih."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait