Mengenal Padusan, Tradisi Penyucian Diri untuk Menyambut Datangnya Bulan Ramadan
Pixabay/mohamed_hassan
SerbaSerbi

Padusan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Lantas, apa makna tradisi tersebut dan bagaimana perkembangannya saat ini?

WowKeren - Bulan suci Ramadan merupakan salah satu bulan yang paling dinanti oleh umat Muslim karena memiliki banyak keutamaan. Karena itulah tak heran jika umat Muslim menyambutnya dengan penuh suka cita.

Ada sejumlah tradisi menarik yang dilakukan masyarakat untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi padusan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.


Tradisi padusan dikenal sebagai salah satu ritual paling populer di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga sebelum menjalankan ibadah puasa.

Sehubungan dengan hal ini, tim WowKeren telah merangkum sejumlah fakta menarik yang berkaitan tentang tradisi padusan. Penasaran apa saja itu? Langsung saja yuk simak informasi lengkapnya berikut ini.

(wk/eval)

1. Asal Usul Padusan Beserta Maknanya


Asal Usul Padusan Beserta Maknanya
Instagram/umbulmanten

Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi. Sesuai dengan asal katanya, ritual ini dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumur maupun sumber mata air.

Tradisi ini merupakan salah satu warisan leluhur yang telah dilakukan secara turun temurun untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Tujuannya adalah untuk menyucikan diri agar dapat menjalani ibadah puasa dalam keadaan suci secara lahir dan batin.

Padusan juga dapat digunakan sebagai media introspeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu. Karena alasan itu, ritual ini seharusnya dilakukan seorang diri di tempat yang sepi agar kita lebih fokus dalam menemukan kesadaran diri.

2. Perubahan Tradisi Padusan dari Waktu ke Waktu


Perubahan Tradisi Padusan dari Waktu ke Waktu
Instagram/bluelagoonjogja

Tradisi padusan mengalami sejumlah perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Di masa lalu, tradisi ini dilakukan di kolam-kolam masjid maupun sumber mata air yang telah ditentukan oleh pihak keraton. Para pria akan memasuki kolam dan berendam di sana, sedangkan wanita melakukan ritual ini secara terpisah di tempat lain.

Padusan mengalami pergeseran budaya sejak tahun 1950. Kala itu tradisi ini tak hanya dimaknai sebagai pembersihan fisik, namun cenderung mengarah pada pembersihan rohani. Akibatnya, masyarakat tak lagi mendatangi kolam-kolam masjid untuk melakukan ritual tersebut.

Perubahan yang terjadi di tahun selanjutnya terbilang lebih drastis. Sebab pria dan wanita berbaur menjadi satu di pemandian umum untuk melakukan ritual tersebut. Beberapa orang bahkan mengenakan pakaian yang jauh lebih ketat daripada sebelumnya.

Pergeseran budaya ini cukup berdampak pada sejumlah hal. Salah satunya adalah kemunculan beberapa objek wisata padusan yang dapat digunakan untuk melakukan ritual tersebut beramai-ramai.

Pada tahun 2019, ada sepuluh lokasi di Yogyakarta yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk menjalani padusan. Di antaranya adalah Umbul Pajangan, Sendang Klangkapan hingga Sendang Ngepas Lor.

Sedangkan di wilayah Jawa Tengah, masyarakat biasa mendatangi Umbul Manten, Obyek Mata Air Cokro (OMAC), Umbul Ponggok dan masih banyak lagi. Khusus untuk padusan di OMAC biasanya dilakukan secara simbolik oleh Bupati Klaten yang melakukan siraman terhadap Mbak dan Mas Klaten (Duta Pariwisata di sana), yang kemudian dilanjutkan oleh warga.

3. Apakah Tradisi Padusan Masih Perlu Dilakukan?


Apakah Tradisi Padusan Masih Perlu Dilakukan?
Instagram/klatenexplore

Terlepas dari perubahan yang terjadi, tradisi padusan masih perlu dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Selain untuk menyucikan diri sebelum puasa, tradisi ini juga perlu dilestarikan untuk mempertahankan warisan budaya leluhur.

Namun karena situasi pandemi yang sedang berlangsung, ada baiknya untuk melakukan tradisi ini di lokasi yang sepi dan dalam keadaan hening. Cara ini tak hanya dapat mencegah penularan virus Corona, tapi juga membantu kita lebih fokus dalam merenungkan kesalahan di masa lalu.

Oleh karena itu, masyarakat bisa melakukan tradisi padusan di rumah masing-masing. Hal ini sesuai dengan imbauan Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Jajang Prihono.

"Kegiatan padusan ditiadakan bukan berarti tidak boleh melakukan tradisi padusan. Tetap bisa melakukan tradisi padusan tetapi disarankan di rumah masing-masing. Untuk kegiatan pariwisata terutama wisata air tidak ditutup. Tetap beroperasi. Tetapi tetap diatur dalam rangka pencegahan pandemi," kata Jajang seperti dilansir dari Solopos.com, Selasa (29/3).

Demikian sejumlah fakta tentang padusan yang telah dirangkum oleh tim WowKeren. Selain padusan, ada sejumlah tradisi unik lainnya yang dilakukan oleh umat Muslim di berbagai belahan dunia untuk menyambut bulan Ramadan. Nantikan artikel WowKeren selanjutnya untuk mengetahui apa saja itu!

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait