Bebas Usai 20 Tahun Penjara, Siapa Sosok Fusako Shigenobu Wanita Pemimpin Militan Red Army Jepang?
AFP/JIJI
Dunia

Red Army Jepang sendiri merupakan organisasi yang sekarang sudah dibubarkan dan telah melakukan serangan di seluruh dunia antara tahun 1970-an hingga 1980-an.

WowKeren - Pendiri organisasi militan Tentara Merah (Red Army) Jepang Fusako Shigenobu telah bebas dari penjara pada Sabtu (28/5) setelah menghabiskan waktunya di sana selama 20 tahun. Dia terlihat dibawa oleh sebuah mobil yang meninggalkan penjara medis Tokyo sebelum jam 8 pagi waktu setempat.

Red Army sendiri merupakan organisasi yang sekarang sudah dibubarkan dan telah melakukan serangan di seluruh dunia antara tahun 1970-an hingga 1980-an. Shigenobu, yang saat ini berusia 76 tahun, dijebloskan ke penjara karena mendalangi penyitaan Kedutaan Besar Prancis di Den Haag tahun 1974 oleh kelompok revolusioner kiri yang ia dirikan tiga tahun sebelumnya di Lebanon.

Red Army menyandera duta besar Prancis dan lainnya untuk digunakan sebagai "alat tukar" untuk mengamankan pembebasan anggota kelompok yang telah ditangkap di Prancis. Bebas dari penjara, Shigenobu disambut antusias oleh para pendukungnya.

Shigenobu saat ini tengah menjalani perawatan kanker dan ingin fokus untuk terapi. "Saya minta maaf karena menyebabkan kerusakan pada orang yang tidak saya kenal," ujarnya melansir Kyodo News.


Meski mengaku membuat kesalahan, namun dalam pernyataan yang dirilis sebelumnya, dia mengatakan bahwa dia puas telah melakukan yang seharusnya dia lakukan. Shigenobu meninggalkan Jepang ke Timur Tengah pada tahun 1971 dan menghindari penangkapan sampai dia ditangkap di Prefektur Osaka pada tahun 2000.

"Saya bersyukur bahwa saya telah hidup sesuai dengan keinginan saya untuk mengubah dunia menjadi lebih baik," lanjutnya. "Jika diminta, sebagai salah satu saksi zaman, saya akan memainkan peran saya dalam menyampaikan renungan dan rangkuman."

Saat berada di penjara pada tahun 2001, dia secara resmi membubarkan organisasi itu. Kelompok itu pernah menyerbu kedutaan Swedia dan AS di Kuala Lumpur pada tahun 1975 sebelum menuntut pembebasan anggota yang ditahan dan dipenjarakan di Jepang. Dua tahun kemudian, para anggota membajak sebuah penerbangan Japan Airlines di dekat India.

Namun, putri Shigenobu, Mei, mengatakan ibunya tidak lagi tertarik pada kekerasan. Shigenobu akan terus menulis tentang penderitaan rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait