Pesawat Ethiopian Airlines tujuan Nairobi, Kenya, jatuh tak lama setelah lepas landas pada Minggu (10/3).
- Bertilia Puteri
- Senin, 11 Maret 2019 - 07:44 WIB
WowKeren - Kabar duka kembali datang dari dunia penerbangan. Kali ini pesawat Ethiopian Airlines tujuan Nairobi, Kenya, jatuh tak lama setelah lepas landas pada Minggu (10/3).
Kecelakaan tersebut menewaskan 149 orang penumpang dan 8 orang kru kabin. Akun Twitter Ethiopia Airlines telah mengonfirmasi bahwa tak ada yang selamat dalam kejadian nahas tersebut.
"CEO Grup Ethiopian Airlines sangat menyesali kecelakaan fatal yang terjadi pada pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 pada 10 Maret dengan rute Addis Ababa ke Nairobi," tulis keterangan resmi maskapai penerbangan tersebut pada Minggu. "CEO Grup yang sedang berada dalam lokasi kejadian kecelakaan dengan sangat menyesal menyatakan tidak ada yang selamat dalam kecelakaan ini."
Accident Bulletin no. 2
Issued on march 10, 2019 at 01:46 PM pic.twitter.com/KFKX6h2mxJ
— Ethiopian Airlines (@flyethiopian) March 10, 2019
Diketahui, penerbangan tersebut membawa penumpang dari 35 negara. Salah satu penumpang ternyata ada yang berasal dari Indonesia. Hal ini telah dikonfirmasi pihak maskapai dalam daftar jumlah korban berdasarkan kewarganergaraannya.
"Penerbangan dipimpin oleh seorang kapten senior bernama Yared Getachew dengan jam terbang lebih dari 8000, bersama dengan asisten bernama Ahmed Nur Mohammod Nur yang memiliki jam terbang 200," tulis akun Twitter Ethiopian Airlines. "Penerbangan tersebut membawa 149 penumpang dan 8 kru. Para korban berasal dari 35 Negara."
Accident Bulletin no. 3
— Ethiopian Airlines (@flyethiopian) March 10, 2019
Issued on March 10, 2019 at 4:59 PM pic.twitter.com/5UOxsbl24f
Sebelumnya, pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 tersebut dilaporkan hilang kontak setelah 6 menit lepas landas. Penyebab kecelakaan tersebut pun belum diketahui secara pasti.
Dilansir Reuters, pesawat tersebut sempat mengalami unstable vertical speed atau kecepatan naik yang tidak stabil. "Data dari jaringan Flightradar24 ADS-B menunjukkan bahwa kecepatan vertikal tidak stabil setelah lepas landas," terang organisasi pelacakan penerbangan yang berbasis di Swedia tersebut.
(wk/Bert)