Jokowi Murka Soal Mafia Migas, Ternyata Sebesar Ini Keuntungannya
Nasional

Presiden Jokowi sempat mengungkapkan kekesalannya terhadap para mafia migas. Bila ditelisik lebih dalam, laba yang dirampok para mafia migas ini memang wajar bila membuat Jokowi murka.

WowKeren - Akhir-akhir ini Presiden Joko Widodo memang kerap mengungkapkan kekesalannya, terutama bila berkaitan dengan defisit neraca perdagangan serta persoalan impor. Termasuk di antaranya pihak yang disebut sebagai mafia minyak dan gas (migas).

Untuk diketahui, kelompok mafia migas ini sengaja menggunakan wewenang serta koneksi mereka untuk meraih keuntungan dari impor migas. Padahal saat ini Indonesia tengah berusaha untuk mengurangi laju impor migas yang memang menyedot sejumlah besar porsi APBN.

Jokowi pun tak main-main terkait niatnya memberantas mafia migas. Ia mengaku sudah tahu siapa saja mafia migas yang selama ini mengeruk keuntungan. Lewat pernyataan terakhirnya, Jokowi bahkan "mengancam" para mafia migas itu.

"Lah ini yang seneng impor, bukan saya cari. Sudah ketemu siapa yang seneng impor. Sudah ngerti saya," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (16/12). "Saya ingatkan bolak-balik, kamu hati-hati. Saya ikuti kamu, jangan halangi orang ingin membikin batu bara jadi gas gara-gara kamu senang impor gas."

Amarah Jokowi yang memuncak ini rasanya tak salah bila dikaitkan dengan seberapa besar keuntungan yang dikeruk para mafia migas. Dilansir dari CNBC Indonesia, rupanya mafia migas bisa mengeruk keuntungan hingga Rp1 triliun dalam sebulan. Begini penjelasannya.


Lebih spesifiknya, para mafia migas ini bisa mengantongi hingga USD 2-3 per barel per hari. Hal ini seperti diungkap oleh salah satu anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang pernah dibentuk oleh Presiden Jokowi pada tahun 2014-2015, Fahmy Radhi.

"Mereka berburu rente pada impor crude oil dan BBM, sehari peroleh USD 2-3 (per) barel per hari," jelas Fahmy. Padahal dalam sehari Indonesia bisa mengimpor sampai sebanyak 800 barel, baik berupa produk BBM maupun minyak mentah alias crude oil.

Dengan demikian, mafia-mafia itu mendapatkan sekitar USD2,4 juta atau setara dengan Rp33,6 miliar per hari dari praktik impor tersebut. Adapun dalam sebulan keuntungannya bila ditotal mencapai Rp1 triliun.

Kala itu para mafia migas bergerak di bawah naungan Petral di Singapura. Kendati kini Petral sudah dibubarkan, jejak para mafianya masih begitu terasa.

Salah satunya diungkap oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. JK menyebut ada praktik lobi oleh para importir nakal itu agar Indonesia tetap mengimpor minyak walaupun secara sumber daya bisa mandiri.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait