Pasien Dengan Gejala Ringan COVID-19 Boleh Berpuasa, Wajib Perhatikan Ini Agar Tetap Bugar
Health

Orang yang sedang sakit memang mendapat keringanan untuk tidak menjalankan ibadah puasa Ramadan. Namun bagi pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau bahkan tak bergejala masih diizinkan berpuasa.

WowKeren - Hari ini (24/4) umat muslim Indonesia sudah memulai ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Ibadah ini rutin diadakan setahun sekali sehingga bukan hal yang asing sebenarnya, hanya saja khusus kali ini dibarengi dengan pandemi virus Corona.

Tentu ada pengecualian bagi umat muslim yang sedang dalam perawatan akibat terinfeksi virus Corona. Namun ternyata pada beberapa pasien positif diketahui nyaris tak menunjukkan gejala alias asimtomatis, atau hanya menunjukkan gejala klinis ringan.

Lantas bagaimana dengan pelaksanaan puasa bagi pasien positif yang seperti golongan kedua tersebut? Menjawabnya, Dr Faisal Dalfi dari RS Burjeel Abu Dhabi menyatakan pasien dengan gejala ringan atau asimtomatis diperkenankan berpuasa.


"Pasien-pasien yang memiliki gejala moderat atau parah dirawat dalam isolasi di rumah sakit dan tentunya pasien-pasien ini tidak akan bisa menjalani puasa Ramadan," kata Dalfi, dilansir dari Gulf News, Jumat (24/4). "Sebaliknya, mayoritas pasien tanpa gejala atau mereka yang mengidap gejala ringan akan masih bisa tetap di rumah dan mengurus diri mereka."

Namun tentu ada beberapa syarat dan ketentuan yang mesti diperhatikan agar pasien-pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau asimtomatis ini tetap bugar selama berpuasa. Tentu jangan sampai ibadah puasa justru membuat kondisi sang pasien memburuk, bukan?

Oleh karenanya sang dokter pun memberikan beberapa tips agar mereka dalam golongan tersebut tetap bisa berpuasa. Simak selengkapnya berikut ini ya.

(wk/elva)

1. Pasien Berpenyakit Bawaan Ini Harus Waspada


Pasien Berpenyakit Bawaan Ini Harus Waspada
iStock

Dr Dalfi secara spesifik menyoroti pasien dengan kondisi komorbit atau penyakit bawaan seperti diabetes. Saran serupa juga ia berikan bagi pasien dengan penyakit komorbit seperti penyakit ginjal ataupun hipertensi.

"Jadi pasien diabetes yang terkena COVID-19 tetapi asimtomatis, terutama harus hati-hati jika mereka memilih berpuasa," ujar Dr Dalfi. Secara umum pasien diabetes, baik dengan COVID-19 maupun tidak, memang harus lebih waspada ketika menjalankan ibadah puasa.

Di sisi lain, pasien COVID-19 dengan diabetes, kelainan ginjal, hingga hipertensi memang menjadi sorotan tersendiri di kalangan medis. Sebab berbagai studi menunjukkan pasien dengan penyakit-penyakit bawaan seperti ini berisiko besar untuk mengalami komplikasi karena sifat virus yang lebih "merusak".

2. Tetap Terhidrasi Dengan Sayur dan Air Putih


Tetap Terhidrasi Dengan Sayur dan Air Putih
Getty Images

Menjaga hidrasi atau kadar air dalam tubuh merupakan kunci utama agar tetap bugar selama berpuasa. Namun Dr Dafli menekankan bahwa pasien COVID-19 harus lebih memerhatikan poin ini.

Beberapa caranya adalah dengan memakan sayur-mayur dan rajin meminum air putih. Selain agar terhindar dari dehidrasi, memakan sayuran juga bermanfaat untuk menambah daya tahan tubuh alias imunitas yang merupakan kunci utama melawan virus Corona.

"Pasien juga harus menghindari minuman yang mengandung gas dan bergula," tegas Dr Dalfi. Dengan demikian, minum minuman bersoda atau berkarbonasi bukan pilihan yang terbaik, melainkan air mineral.

3. Tidur 7 Jam Sehari Adalah Keharusan


Tidur 7 Jam Sehari Adalah Keharusan
Getty Images

Istirahat yang cukup dapat membantu tubuh melawan virus Corona yang menginfeksi. Lebih baik lagi apabila dalam sehari pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau asimtomatis bisa tidur sampai 7 jam.

"Saya menyarankan agar pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan asimtomatis untuk memastikan supaya tidur setidaknya tujuh jam setiap harinya," ujar Dr Dalfi. "Tidur adalah proses restoratif yang terutama penting ketika tubuh melawan virus."

4. Merokok Jelas Jadi Pantangan


Merokok Jelas Jadi Pantangan
Getty Images

Merokok jelas menjadi pantangan dalam setiap proses penyembuhan penyakit infeksi pernapasan. Namun studi soal COVID-19 menunjukkan perokok berisiko lebih besar mengalami komplikasi karena kondisi paru-parunya yang sudah tidak normal.

Dokter penyakit menular dari Cleveland Clinic Abu Dhabi, Dr. Fernanda Bonilla, menganggap situasi ini seharusnya bisa menjadi pemicu untuk menghentikan kebiasaan merokok. Apalagi mengisap lintingan zat adiktif itu juga bisa membatalkan puasa Ramadan.

"Ramadan adalah saat ideal untuk menghentikan kebiasaan itu. Orang-orang akan bisa melihat peningkatan jelas pada kesehatan mereka dalam beberapa hari atau minggu usai berhenti (merokok), sehingga mengurangi risiko terkena gejala parah dari infeksi," kata Dr. Bonilla.

5. Konsumsi Obat Teratur dan Rutin Kontak Dokter


Konsumsi Obat Teratur dan Rutin Kontak Dokter

Namun yang tetap harus diingat adalah, pasien COVID-19 tetaplah "pasien" yang harus selalu dalam pengawasan dokter kendati menjalani perawatan mandiri di rumah. Bahkan untuk mereka yang tak bergejala klinis sekalipun.

Oleh karenanya, Dr Dalfi mengingatkan agar pasien COVID-19 tetap rutin mengonsumsi obat yang telah diresepkan. Seperti misalnya di Uni Emirat Arab yang meresepkan hydroxychloroquine yang harus dikonsumsi 2 kali sehari.

Sedangkan Dr. Bonilla sendiri meminta agar pasien COVID-19 yang tetap berpuasa untuk selalu melaporkan kondisinya ke paramedis yang bertanggung jawab. Apabila ada perubahan kondisi harus langsung dikonsultasikan agar mendapatkan penanganan yang sesuai.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait