Ventilator Buatan UI Sudah Lulus Uji Produk, Siap Diproduksi Massal Untuk Lawan Pandemi Corona
Nasional

Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro, mengaku bahwa biaya pembuatan alat bantu pernapasan bernama COVENT-20 tersebut lebih murah dibanding ventilator transport komersial yang tersedia saat ini

WowKeren - Alat bantu pernapasan alias ventilator yang tengah dikembangkan Universitas Indonesia (UI) kini telah lulus uji produk di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta. Ventilator berbiaya rendah tersebut telah lulus uji produk untuk mode ventilasi Continuous Mandatory Ventilation (CMV) dan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) pada 29 April 2020.

Menurut Ketua Tim Ventilator UI, Basari, alat yang diberi nama COVENT-20 itu adalah ventilator transport lokal rendah biaya berbasis sistem pneumatik. "Kami sangat bersyukur ventilator yang kami kembangkan akhirnya dinyatakan lulus uji untuk dua mode ventilasi," tutur Basari dalam siaran persnya pada Senin (4/5) hari ini.

Lebih lanjut, Basari menyebut bahwa ventilator COVENT-20 ini akan membantu tenaga medis untuk melawan pandemi corona (COVID-19). Nantinya, alat bantu pernapasan ini akan digunakan untuk menangani pasien positif COVID-19 dan juga pasien dalam pengawasan (PDP). Terlebih penanganan dalam perjalanan menggunakan mobil ambulans atau perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

"Selanjutnya COVENT-20 dijadwalkan untuk proses pra uji klinis dengan animal experiment di Indonesian Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran UI (IMERI FKUI) dan uji klinis di rumah sakit yang ditunjuk," terang Basari. "Serta produksi dengan mitra industri."


Basari mengungkapkan bahwa dalam tahap awal, target UI adalah memproduksi sebanyak 1.000 ventilator dalam waktu 1 bulan. Ventilator buatan UI tersebut nantinya akan dibagikan ke rumah sakit rujukan COVID-19 melalui penggalangan donasi berbagai pihak yang dikoordinir Ikatan Alumni Fakultas Teknik UI (Iluni FTUI).

Dalam ventilator COVENT-20 sendiri terdapat sejumlah mode yang dapat digunakan untuk menangani pasien. Mode CPAP misalnya, digunakan untuk pasien PDP yang masih sadar.

"Jadi hanya perlu dibantu diberi oksigen ke paru-paru dengan tekanan positif," papar Basari. "Setiap napas dimulai dan dihentikan oleh pasien sendiri dengan volume tidal dan laju pernapasan yang ditentukan oleh mekanisme pernapasan mereka."

Kemudian ada mode CMV yang digunakan untuk pasien yang hilang kesadaran dengan gejala pneumonia dan mengalami kesulitan bernapas. Pasien dalam kondisi tersebut memang perlu dikontrol oleh mesin (time-triggered), dengan demikian dalam penanganannya memang memerlukan ventilator.

Rektor UI, Ari Kuncoro, mengaku bahwa biaya pembuatan COVENT-20 lebih murah dibanding ventilator transport komersial yang tersedia saat ini. COVENT-20 juga disebut memiliki ventilasi multimode, hemat energi dengan baterai lithium-ion, bentuknya ringkas dan sederhana. "Sehingga pengoperasiannya mudah dan menggunakan filter bakteri sehingga aman digunakan untuk pasien," pungkas Ari.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru