Polisi dan Massa Anti Pemerintah Thailand Kembali Bentrok di Tengah 'Banjir' COVID-19
AP Photo/Sakchai Lalit
Dunia

Massa awalnya menuntut pemerintah bertanggung jawab atas gagalnya pengendalian wabah COVID-19, namun kemudian melebar hingga mendesak PM mundur dan menghapus sistem monarki.

WowKeren - Pergolakan tengah terjadi di Bangkok, Thailand, ketika massa anti-pemerintah bergerak menyuarakan protes mereka di jalan. Bahkan polisi Thailand bentrok dengan massa selama 2 hari berturut-turut, kali ini dengan kelompok Talu Fah.

Mengutip media Thai PBS World, aksi massa awalnya berjalan damai di sekitar Monumen Victory. Namun pada siang hari, massa mulai memblokir lalu lintas dan membakar berbagai benda demi menuntut bertemu dengan pemerintah Thailand.

Aksi ini pun menjadi alasan polisi anti huru-hara yang berjaga untuk meningkatkan kewaspadaan. Mereka menegaskan bahwa massa sudah dikategorikan melanggar hukum, apalagi karena beberapa mulai berusaha mengakses rumah dinas Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha di Jalan Vibhavadi Rangsit.

Polisi berusaha membubarkan massa yang sebenarnya juga didukung oleh pimpinan massa. Namun beberapa anggota garis keras menolak mematuhinya dan membuat suasana semakin tidak terkendali, apalagi ketika massa terbagi, ada yang bertahan di Monumen Victory dan ada yang bergerak ke persimpangan Din Daeng.


Polisi meningkatkan upaya pembubaran dengan menggunakan peluru karet sampai gas air mata, yang dibalas dengan lemparan ketapel, batu, hingga petasan. Beberapa massa juga menggunakan laser yang disebut terinspirasi dari aktivis pro-demokrasi Hong Kong.

Kerusuhan tak terelakkan, di mana Pusat Medis Erawan melaporkan setidaknya ada 8 polisi yang dibawa dalam kondisi terluka. Sedangkan korban dari pihak massa demonstran pun ikut berjatuhan, seperti seorang pendemo yang dilaporkan kehilangan tangannya karena meledak bersama petasan yang hendak dilemparkannya ke polisi.

Pengacara HAM Thailand menyatakan setidaknya 13 demonstran ditahan kepolisian dengan salah satunya masih di bawah umur. Kelompok Talu Fah sudah menyampaikan permohonan maaf dan "menyalahkan" komunitas mereka yang berusia lebih muda yang menyebabkan kericuhan tersebut, meski juga ikut menyalahkan polisi yang dianggap memicu dengan terlebih dulu memakai peluru karet serta gas air mata.

Padahal saat ini Thailand juga masih berjuang untuk mengendalikan wabah COVID-19. Setidaknya Thailand kini mencapai 20 ribu kasus positif COVID-19 baru per hari yang memicu dilakukannya sejumlah pembatasan ketat.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait