Dunia

Nama 'Ghozali Everyday' belakangan terus menjadi buah bibir lantaran berhasil mendapat penghasilan hingga Rp1,5 miliar lantaran berjualan swafoto dalam bentuk NFT.

• Elvariza Opita
• Sabtu, 15 Januari 2022 - 19:28 WIB

WowKeren - Kisah mahasiswa muda bernama Sultan Gustaf Al Ghozali yang meraup cuan hingga Rp1,5 miliar "hanya" dengan berjualan swafoto sukses membuat geger publik. Namun bukan sembarang swafoto, sebab potret diri Ghozali ini dipasarkan dalam bentuk NFT di akun "Ghozali Everyday" yang dikelolanya di OpenSea.

Tentu yang kemudian menjadi pertanyaan besar, bagaimana bisa NFT serta swafoto membuat Ghozali mendapat penghasilan dengan nilai yang luar biasa fantastis? Untuk memahaminya, mari pelajari dulu soal NFT dan apa yang membuatnya menjadi sangat fenomenal, seperti yang sudah dirangkumkan WowKeren berikut ini.

Apa itu NFT?

Hal yang tentu harus ditanyakan pertama kali, apa sebenarnya NFT itu? NFT adalah singkatan dari Non Fungible Tokens alias token yang tidak bisa ditukarkan dengan barang sepadan.

Mari bandingkan NFT dengan selembar uang senilai Rp100.000. Ditukar dengan selembar Rp100.000 yang lain pun, nilainya akan tetap sama.

Hal ini berbeda dengan NFT yang merupakan token, mudahnya kita anggap sebagai sebuah benda, yang tidak bisa ditukarkan secara sepadan dengan barang lain. Mari analogikan dengan tiket menonton bioskop, meski sama-sama dibanderol Rp35.000 misalnya, tiket dengan bangku di deretan A dan P tentu memiliki nilai yang tidak sepadan.

Sehingga bisa dibilang tidak ada dua NFT yang sama, yang bisa dibuktikan dengan ketertelusuran kepemilikannya. Benda apapun bisa menjadi NFT, namun biasanya yang diperjualbelikan berupa karya seni digital.

NFT biasanya diperjualbelikan dengan cryptocurrency, yang paling awam Ethereum. Lantas, apa perbedaan NFT dengan Bitcoin, Ethereum, maupun bentuk cryptocurrency lain?

Apa yang membedakan NFT dengan aset kripto lain?

Aset kripto lain, misalnya Ethereum dan Bitcoin, merupakan kategori fungible tokens. Dengan kata lain, sekeping Bitcoin bisa ditukar dengan sekeping Bitcoin lain. Analogi ini tidak berlaku dengan sebuah NFT yang memiliki ciri khas masing-masing di setiap produknya.

Lalu, apa yang membuat NFT begitu mahal dan fenomenal beberapa waktu belakangan?

Pertama, patut dipahami bahwa pamor aset kripto belakangan begitu melesat. Investasi kini bukan lagi berupa harta fisik seperti emas, cryptocurrency hingga petak-petak tanah di metaverse sudah dilirik untuk menjadi aset masa depan.

Namun yang membuat NFT bisa dibanderol dengan harga yang sangat mahal adalah karena aspek kepemilikannya. Sistem blockchain di aset kripto membuat rekam jejak kepemilikan NFT tercatat dengan baik.

Semisal sebuah karya lukisan dijadikan NFT, karya tersebut memang bisa diduplikasi. Namun NFT menyediakan kepastian rekam jejak kepemilikan karya lukisan tersebut.

Sebagai contoh Anda membeli NFT tersebut, maka nama Anda akan tercatat sebagai pemiliknya. Sehingga sekalipun karya tersebut diduplikasi di masa depan, Anda akan tetap tercatat sebagai pemilik aslinya.

Mulai tertarik dengan NFT? Lalu bagaimana cara membuat NFT?

Mengutip CNN, tidak banyak yang diperlukan untuk membuat NFT selain tentu saja kreativitas untuk menciptakan karya digital. Kemudian harus mempunyai dompet digital yang terafiliasi dengan aset kripto, pembelian sejumlah kecil Ethereum, serta koneksi untuk memasarkan NFT Anda di marketplace khusus.

Ini bagian paling menarik, bagaimana cara memperjualbelikan NFT?

Kita awali dengan proses menjual, yang tentu saja harus diawali dengan memiliki karya NFT dan akun marketplace. Beberapa marketplace untuk menjual NFT misalnya OpenSea, Mintable, Nifty Gateway, dan Rarible. Terdapat pula beberapa marketplace NFT yang lebih spesifik, seperti NBA Top Shot dan Valuables.

Setelahnya unggah karya NFT Anda ke marketplace tersebut sesuai langkah-langkah yang diberikan. Anda bisa memasukkan deskripsi mengenai karya Anda serta perkiraan harga jualnya.

Sedangkan untuk membeli NFT diawali dengan mengakses marketplace yang telah disebutkan. Untuk memilih marketplace-nya, pertimbangkan dompet digital yang diperlukan untuk menyimpan NFT atau jenis cryptocurrency apa yang dipakai untuk menyelesaikan transaksi.

Pembeli juga harus cermat dengan biaya-biaya yang dikeluarkan di samping pembelian NFT itu sendiri. Sebab ada beberapa marketplace yang menetapkan tambahan biaya "gas", merujuk pada energi yang diperlukan untuk menyelesaikan transaksi di blockchain. Ada pula marketplace yang menetapkan biaya tambahan untuk mengonversikan mata uang ke Ethereum serta pengeluaran-pengeluaran lain.

Dengan NFT yang sedang sangat fenomenal, adakah pro dan kontranya?

Tentu terdapat pro dan kontra yang mengiringi aset kripto satu ini. Seperti kekhawatiran NFT yang tidak akan bertahan lama menjadi aset investasi, menyisakan celah kerugian yang begitu besar untuk pembeli yang berniat menjual kembali NFT ketika harganya melambung.

Hal lain yang belakangan menjadi sorotan juga jejak aset kripto terhadap bidang lingkungan. Pasalnya cryptocurrency yang bekerja dengan sistem "proof of work" sangat memakan energi. Sistem ini menjamin keamanan pencatatan transaksi, yang "dibayar mahal" dengan tuntutan penggunanya untuk menyelesaikan teka-teki yang kompleks di mesin yang begitu "lapar" energi.

Namun tentu saja mengoleksi NFT memiliki sejumlah nilai positif. Termasuk untuk mengapresiasi karya-karya digital para seniman yang mungkin kesulitan untuk memasarkan produk mereka secara konvensional.