Imbas Kebijakan Ketat Kontrol COVID-19, Hong Kong Kini Dihadapkan Penduduk yang 'Melarikan Diri'
Unsplash/Chapman Chow
Dunia

Di saat banyak negara yang telah memulai hidup berdampingan dengan COVID-19, Hong Kong masih berpedoman dengan kebijakan Tiongkok yang ketat. Hal ini lantas membuat resah masyarakat di sana.

WowKeren - Pandemi COVID-19 hingga saat ini masih melanda banyak negara di dunia, termasuk di antaranya Hong Kong. Sebelumnya, Tiongkok juga telah menekankan Hong Kong untuk tetap menerapkan kebijakan "Nol COVID-19".

Akan tetapi, tekanan aturan yang sangat ketat dengan kontrol "Nol COVID-19" itu membuat banyak masyarakat yang perlahan-lahan "melarikan diri" dari Hong Kong. Seperti yang dilakukan oleh Francis Lee yang kembali ke Inggris bersama istrinya pada pekan ini setelah bertugas selama dua tahun di sebuah bank inverstasi terkemuka di Hong Kong.

Manajer portofolio itu mengaku sedih meninggalkan kota tersebut. Namun di balik kesedihannya itu juga tersimpan rasa lega yang lebih mendalam. Ia pun mengaku apabila kebijakan COVID-19 di Hong Kong tidak seketat itu, ia dan keluarganya tidak akan meninggalkan negara tersebut.

"Jika kebijakan COVID-19 tidak begitu keras, kami akan tetap berada di sana, itu satu-satunya alasan saya mulai mencari pekerjaan lain di London," ujar Lee kepada Al Jazeera, dikutip Sabtu (2/4).


"Dengan semua yang tidak diketahui tentang pengujian massal dan fasilitas karantina di Hong Kong, ini menimbulkan kecemasan. Tanpa peta jalan, tanpa garis waktu apa pun, Anda tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung," lanjutnya.

Lebih lanjut, Lee juga mengatakan bahwa Hong Kong masih berkutat dengan kebijakan ketat COVID-19, mengikuti aturan Tiongkok. Padahal di negara lainnya, banyak yang sudah mengadopsi aturan hidup berdampingan dengan COVID-19.

Sementara itu, strategi "Dynamic Zero COVID-19" wilayah Tiongkok yang juga diterapkan untuk menyelaraskan dengan Tiongkok daratan itu telah menghancurkan citra kosmopolitan kota tersebut sebagai "Kota Dunia Asia" dan menggerakkan eksodus bisnis dan bakat asing.

Seperti yang diketahui, saat Hong Kong dilanda gelombang kelima dan paling mematikan pada awal tahun, imbas meningkatnya penyebaran varian Omicron, pihak berwenang menerapkan batas pertemuan dua orang yang juga diberlakukan dengan ketat, jam malam tempat makan, hingga penutupan bar dan gym, serta kembali ke tempat terpencil.

"Saya merasa seperti saya tidak ingin kehilangan enam, sembilan, 12 bulan lagi karena harus memikirkan karantina, pemecatan, kebijakan yang gagal dan dikirim ke karantina pemerintah dan yang lainnya," papar Lee.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait