Bisa Hambat Kemandirian Anak, Ini Ciri-Ciri Helicopter Parenting yang Patut Diwaspadai
Pexels/Annushka Ahuja
SerbaSerbi

Helicopter Parenting menjadi salah satu gaya pengasuhan yang patut diwaspadai karena dapat menghambat kemandirian anak. Lantas, apa itu helicopter parenting dan bagaimana cara mengenalinya?

WowKeren - Salah satu gaya pengasuhan anak yang patut diwaspadai adalah helicopter parenting. Ini adalah gaya pengasuhan di mana orangtua terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya, sehingga mereka akan selalu mengatur dan ikut campur dalam setiap kegiatan anak.

Helicopter parenting juga dikenal dengan over-parenting atau over-protective sebab orangtua memegang kendali penuh terhadap kehidupan anaknya. Mereka bahkan tak ragu untuk memutuskan berbagai hal penting dalam kehidupan anak seperti pendidikan hingga dengan siapa dia bisa berteman.

Gaya pengasuhan ini dikaitkan helikopter karena memiliki pola yang sama dengan kendaraan tersebut. Seperti halnya helikopter yang melayang-layang di udara, orangtua yang menganut gaya pengasuhan ini juga cenderung "berputar-putar" di sekitar anaknya.


Helicopter parenting memiliki banyak dampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Pola pengasuhan ini mencegah anak-anak mempelajari keterampilan penting yang membantu mereka mencapai kemandirian. Mereka juga akan kesulitan untuk membuat keputusan tanpa kehadiran orang tua.

Saat tumbuh dewasa, anak cenderung mengalami depresi dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Akhirnya, mereka akan kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan di masa dewasa.

Berkaitan dengan hal ini, tim WowKeren akan menghadirkan beberapa ciri helicopter parenting yang patut diwaspadai. Apa sajakah itu? Langsung saja yuk simak informasi lengkapnya dalam artikel berikut ini.

(wk/eval)

1. Merasa Khawatir Berlebihan


Merasa Khawatir Berlebihan
Pexels/Karolina Grabowska

Orangtua yang menganut pola asuh helicopter parenting sering merasa khawatir secara berlebihan. Mereka cenderung takut terhadap konsekuensi yang akan dihadapi anak, seperti takut anaknya akan mendapat nilai jelek, ditolak masuk sekolah tertentu, takut anaknya terluka saat bermain di luar dan masih banyak lagi.

Orangtua akhirnya merasa harus selalu memegang kendali atas kehidupan anaknya dengan alasan ingin melindungi mereka. Perasaan seperti ini bahkan bisa bertahan hingga sang anak memasuki usia dewasa.

2. Ikut Campur Urusan Anak


Ikut Campur Urusan Anak
Pexels/Julia M Cameron

Perasaan cemas dan takut di atas akhirnya membuat orangtua cenderung mencampuri urusan anak dan ingin terus dilibatkan dalam setiap aktivitas anak. Seperti ketika mereka belajar, bermain, menghadiri ulang tahun teman atau bahkan saat anak sedang bersekolah.

Mereka bahkan tak segan untuk melibatkan dirinya dalam konflik yang dihadapi anak. Misalnya ketika anak terlibat cekcok dengan temannya, orangtua akan melapor ke guru atau mendatangi orangtua dari teman anaknya. Mereka juga tak segan untuk memprotes gurunya saat sang anak mendapat nilai jelek di sekolah.

3. Menjaga Ketat Anak Saat Bermain


Menjaga Ketat Anak Saat Bermain
Unsplash/guille pozzi

Saat anak memasuki usia balita, orangtua yang menerapkan pola asuh helicopter parenting akan selalu menjaga ketat buah hatinya ketika bermain. Tujuannya mungkin baik, namun perilaku ini akan menghambat kreativitas anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Perilaku itu tercermin dalam tindakan orangtua yang tidak membiarkan anaknya disentuh orang lain, belajar hal baru, memiliki waktu sendiri dan tak memperbolehkannya bergaul dengan teman sebaya. Pada akhirnya, ruang lingkup bermain anak menjadi sangat terbatas.

4. Membuat Keputusan untuk Anak


Membuat Keputusan untuk Anak
Unsplash/Sai De Silva

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, orangtua yang menerapkan pola pengasuhan helicopter parenting akan selalu memegang kendali dalam kehidupan anak. Karena itulah mereka kerap membuat keputusan tanpa mempertimbangkan keinginan maupun pendapat anak.

Saat anak memasuki usia sekolah, orangtua akan mendaftarkan mereka ke sekolah, kursus maupun kegiatan yang belum tentu sesuai dengan minat anak. Orangtua bahkan tak ragu melarang anak untuk menempuh pendidikan di sekolah tertentu dan mengatur siapa saja yang boleh berteman dengan mereka.

5. Berlebihan dalam Hal Pendidikan Anak


Berlebihan dalam Hal Pendidikan Anak
Pexels/Jep Gambardella

Ciri berikutnya dari pola pengasuhan helicopter parenting adalah orangtua cenderung berlebihan dalam hal pendidikan anak. Orangtua bahkan tidak ragu untuk menyelesaikan tugas si anak agar dia bisa mendapatkan nilai sempurna.

Ini adalah perilaku yang salah, sebab orangtua tak memberi anak kesempatan untuk belajar dan menyelesaikan masalah. Padahal, kemampuan problem solving sangat dibutuhkan anak di berbagai situasi, terutama ketika mereka dihadapkan dengan banyak masalah saat dewasa nanti.

6. Berusaha Menggurui Anak


Berusaha Menggurui Anak
Pexels/RODNAE Productions

Ciri lain dari helicopter parenting adalah orangtua cenderung berusaha menggurui anak. Karena merasa "paling benar", orangtua akan mengarahkan anak sesuai dengan keinginannya. Mereka bahkan tak ragu untuk memprotes guru meskipun anaknya yang melakukan kesalahan.

Anak akhirnya menjadi sangat bergantung pada orangtuanya karena mereka tidak mampu menghadapi konflik dan mengatasi kelelahannya sendiri. Padahal belajar dari kesalahan dan mandiri sejak kecil merupakan bekal yang berharga untuk kehidupan anak di masa depan.

7. Selalu Ingin Melayani Anak di Rumah


Selalu Ingin Melayani Anak di Rumah
Pexels/Kindel Media

Orangtua yang menerapkan pola asuh helicopter parenting juga selalu ingin melayani anak di rumah. Menyiapkan kebutuhan anak memang wajar, tapi mereka cenderung berlebihan hingga terkesan terlalu memanjakan anak.

Sebagai contoh, helicopter parent akan membereskan tempat tidur, mencucikan baju hingga menyiapkan perlengkapan sekolah anak bahkan ketika mereka sudah duduk di bangku SMA maupun kuliah. Kebiasaan ini akan membuat anak menjadi pribadi manja yang tak bisa melakukan hal-hal kecil sendiri.

Nah itu dia tujuh ciri helicopter parenting yang patut kita waspadai. Dalam artikel berikutnya, tim redaksi akan menghadirkan berbagai dampak negatif dari pola pengasuhan ini. Stay tune ya.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait