Mengenal Snowflake Generation, Stigma Negatif yang Melekat pada Kaum Muda Saat Ini
Pexels/Binyamin Mellish
SerbaSerbi

Dalam artikel kali ini, tim redaksi WowKeren akan mengulas tentang snowflake generation yang sering dikaitkan dengan situasi anak muda pada saat ini. Berikut ulasan lengkapnya.

WowKeren - Istilah snowflake generation mungkin terdengar asing di telinga orang Indonesia. Namun istilah ini cukup populer di negara Barat dan sedang hangat diperbincangkan karena sesuai dengan situasi generasi muda saat ini.

Di dunia Barat, snowflake generation adalah istilah untuk menggambarkan orang-orang yang ingin diperlakukan dengan spesial karena merasa unik. Istilah ini juga cukup dekat dengan perilaku "manja".


Snowflake generation cukup erat kaitannya dengan kaum milenial dan Gen Z yang "dimanjakan" oleh teknologi dan inovasi. Bagi golongan tua seperti baby boomer, kedua generasi tersebut cenderung memilih cara instan untuk meraih kesuksesan.

Lantas, apakah anggapan tersebut benar adanya? Sebelum menyimpulkan, sebaiknya kenali lebih dalam tentang apa itu snowflake generation dalam artikel WowKeren berikut ini:

(wk/eval)

1. Apa Itu Snowflake Generation?


Apa Itu Snowflake Generation?
Pexels/cottonbro studio

Snowflake generation adalah istilah yang ditujukan untuk orang-orang yang merasa dirinya terlalu unik, spesial dan emosional sehingga mudah tersinggung dan suka mencari perhatian. Karena alasan itu, mereka cenderung sulit menerima pendapat orang lain yang berlawanan dengan gagasannya sendiri.

Dinamakan demikian karena perilaku tersebut mirip dengan serpihan salju atau snowflake yang sangat lembut dan bisa mencair begitu saja. Karena itulah di dunia Barat ada ungkapan populer yang berbunyi, "Jangan menjadi sekumpulan kepingan salju!"

Istilah snowflake generation penting diketahui karena berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Banyak yang percaya bahwa perilaku tersebut muncul karena pola asuh helikopter yang akhirnya membuat anak sulit mandiri dan suka menghindari tanggung jawab.

Di samping pola asuh orangtua, snowflake generation juga lahir karena keadaan dunia yang sulit. Mereka tumbuh melalui krisis keuangan global yang sulit, lingkungan kerja yang tidak aman dan utang yang semakin meningkat.

Selain itu, perkembangan teknologi juga disebut-sebut ikut mempengaruhi kemunculan snowflake generation. Kaum muda yang terbiasa dimudahkan oleh teknologi dan inovasi akhirnya tumbuh menjadi pribadi "manja" yang enggan bersusah payah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Generasi tua akhirnya menyebut mereka sebagai kelompok yang kurang tangguh.

2. Siapakah yang Termasuk dalam Snowflake Generation?


Siapakah yang Termasuk dalam Snowflake Generation?
Pexels/Jan Zakelj

Snowflake generation digunakan secara luas oleh kaum konservatif untuk menggambarkan mereka yang memiliki ideologi liberal. Meski tidak ada pembagian yang jelas, istilah ini biasanya mengacu pada kaum milenial dan Gen Z yang dianggap terlalu baper atau gampang baper saat menghadapi kesulitan.

Bahkan pada tahun 2016, Kamus Collins memasukkan snowflake generation di antara word of the year-nya. Itu bertujuan untuk mendefinisikan kaum dewasa muda tahun 2010-an sebagai "kelompok kurang tangguh dan lebih mudah tersinggung jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya."

Snowflake generation juga dianggap memusuhi kebebasan berbicara karena memiliki tekad berlebihan untuk melindungi dirinya dari pendapat yang bertentangan. Mereka bahkan disebut telah menciptakan "ruang aman" agar tidak ada yang bisa melawan gagasannya.

Di balik anggapan tersebut, generasi milenial dan Gen Z juga dikenal sebagai kelompok yang sangat cerdas karena tumbuh di tengah kecanggihan teknologi. Mereka juga memiliki sifat transparan, menghargai manajemen, menginginkan keberagaman dan kolaborasi nyata.

Alhasil, ada banyak kaum milenial yang "melancarkan serangan balik" dengan melontarkan protes. Mereka berpendapat bahwa label tersebut salah arah, tidak adil dan menegur stigma kebencian yang ditimbulkannya.

Generasi ini terus menentang gagasan bahwa mereka adalah kelompok yang "mudah" dengan menyatakan bahwa pasar kerja semakin tidak aman dan kerusakan saat ini adalah tanggung jawab generasi sebelumnya. Selain itu, mereka juga terus melawan rasisme, stigma terhadap komunitas LGBTQ dan ketidaksetaraan gender.

3. Perkembangan Istilah Snowflake Generation dari Masa ke Masa


Perkembangan Istilah Snowflake Generation dari Masa ke Masa
Pexels/Yaroslav Shuraev

Istilah ini sendiri sudah digunakan sejak tahun 1860-an. Saat itu snowflake digunakan untuk menggambarkan orang berkulit putih yang merasa superior karena memiliki banyak kelebihan dan keistimewaan dibanding yang lain. Namun maknanya jadi berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Istilah snowflake kembali digunakan pada tahun 1970-an. Berbeda dengan sebelumnya, penggunaan snowflake di periode ini ditujukan untuk orang kulit putih maupun hitam yang merasa perilakunya terlalu istimewa.

Penggunaan istilah ini menjadi semakin populer usai Chuck Palahniuk menerbitkan novel berjudul Fight Club pada tahun 1996. Di dalam novel tersebut ada kalimat terkenal yang berbunyi, "Kamu tidak spesial, kamu bukan serpihan salju yang cantik dan unik."

Tiga tahun kemudian, kalimat tersebut kembali mencuri perhatian usai muncul di film "Fight Club" yang dibintangi oleh Brad Pitt. Karena kesuksesan film tersebut, snowflake akhirnya digunakan secara luas.

Sayangnya, penggunaan tersebut memiliki makna negatif karena ditujukan untuk mereka yang merasa dirinya sangat unik dan ditakdirkan meraih kesuksesan. Karena alasan itu, mereka merasa berhak mendapat karier cemerlang dengan pujian di sana-sini.

Pada tahun 2000-an, istilah snowflake merujuk pada generasi milenial yang yakin bahwa dirinya memiliki status spesial dan unik hingga sulit dihadapi orang lain. Istilah paling baru adalah snowflake generation yang mulai populer berkat buku I Find That Offensive (2016).

Claire Fox selaku penulis buku tersebut menggambarkan adanya gap antara generasi lama dan baru saat mahasiswa Universitas Yale dan rektor saat itu terlibat konfrontasi. Mereka sebenarnya memperdebatkan masalah sederhana yakni penggunaan kostum Halloween.

Dalam bukunya, Claire Fox menggambarkan mahasiswa tersebut sebagai sekelompok orang yang menanggapi hal tidak penting dengan histeris. Istilah snowflake generation akhirnya viral dan masih sering digunakan hingga saat ini.

Snowflake generation akhirnya digunakan untuk menggambarkan anak muda yang gampang tersinggung dan tidak bisa menerima pendapat orang lain. Jadi alih-alih mendengarkan orang lain, mereka cenderung lebih mudah histeris.

Demikian penjelasan mendalam tentang snowflake generation yang telah tim WowKeren rangkum untuk kalian. Semoga informasi di atas bermanfaat!

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait