Cara Cegah COVID-19: Belajar Dari Pandemi Flu Spanyol 1918 Yang Mematikan
Dunia

Cara melawan wabah virus corona (COVID-19) disebutkan bisa dilakukan jika dunia belajar sejarah dari pandemi mematikan flu Spanyol pada tahun 1918 silam.

WowKeren - Pandemi virus corona (COVID-19) di seluruh dunia telah mencapai 871.985 seperti dilansir dari Worldometers hingga Rabu (1/4) pukul 17.00 WIB. Angka kematian juga terus melonjak menjadi 43.261 korban jiwa. Sementara orang yang berhasil sembuh melawan COVID-19 dilaporkan sebanyak 183.665.

Pandemi COVID-19 sendiri saat ini telah menjadi ancaman global setelah menyerang lebih dari 201 negara. Menurut para ahli, terakhir kali dunia dihadapkan dengan pandemi global dalam skala besar seperti ini adalah saat wabah flu Spanyol di tahun 1918.

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, flu Spanyol saat itu telah menginfeksi 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia saat itu. Flu yang disebabkan oleh virus H1N1 itu juga tercatat telah menewaskan 50 juta orang hingga disebutkan sebagai pandemi paling mematikan di abad 20.

Adanya virus corona lantas mengingatkan dunia kepada pandemi flu Spanyol. Apalagi, kedua virus ini saat menyebar masih sama-sama belum ditemukan vaksinnya.

Tanpa adanya vaksin, cara terbaik warga dunia saat menghadapi pandemi flu Spanyol tersebut adalah dengan menerapkan non-pharmaceutical interventions (NPI) atau intervensi nonfarmasi. Ini adalah langkah-langkah langkah yang dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus dengan mengurangi kontak dalam populasi.


Imperial College COVID-19 Response Team menyatakan jika cara tersebut dapat diterapkan pada wabah virus corona saat ini. Meski kondisi virus corona tidak separah flu Spanyol, namun COVID-19 dinilai sedang menghadapi tantangan tingkat kematian yang sebanding.

”Meski kondisi kita sekarang sudah jauh berbeda dengan pandemi 1918, tapi sebagian besar negara-negara di dunia menghadapi tantangan yang sama, yakni virus dengan tingkat kematian yang sebanding," ungkap tim peneliti Imperial College seperti dilansir dari National Geographic, Rabu (4/1). "Dengan belum adanya vaksin COVID-19, kami yakin intervensi nonfarmasi memiliki peran potensial dalam mengurangi penularan virus.”

Imperial College menyampaikan ada dua strategi dalam melaksanakan intervensi nonfarmasi. Yang pertama adalah mitigasi, yakni berfokus pada pelambatan penyebaran epidemi dengan mengurangi kesibukan petugas medis saat merawat pasien yang sudah terinfeksi virus corona.

Selanjutnya adalah supresi yang bertujuan untuk mengubah arah langkah wabah. Hal ini dilakukan dengan mengurangi kasus hingga serendah-rendahnya, dan mempertahankan situasi tersebut sampai pandemi selesai.

Sebagai contoh, intervensi nonfarmasi bisa dilakukan dengan isolasi diri dan karantina secara sukarela di rumah. Kemudian dapat dilakukan pembatasan sosial dengan orang lain, serta menutup sekolah, gereja, bar, dan tempat publik lainnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait