Lebanon Pecah Rekor Corona Harian Pasca Ledakan Beirut, Ini Pemicunya
Reuters/Mohamed Azakir
Dunia

Sementara itu, ledakan besar di Beirut pada Selasa (4/8) pekan lalu telah membunuh setidaknya 171 orang, membuat 6 ribu orang terluka, serta 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

WowKeren - Lebanon melaporkan lebih dari 300 kasus positif COVID-19 baru pada Selasa (11/8). Dengan demikian, Lebanon memecahkan rekor kasus corona harian tertinggi pasca ledakan dahsyat di Beirut pekan lalu.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Lebanon, hingga kini sudah ada 7.121 kasus positif COVID-19 dan 87 kematian sejak bulan Februari 2020 lalu. Sementara itu, ledakan besar di Beirut pada Selasa (4/8) pekan lalu telah membunuh setidaknya 171 orang, membuat 6 ribu orang terluka, serta 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Banyak rumah sakit yang dilaporkan rusak akibat ledakan tersebut dan tenaga kesehatan pun turut terluka. Namun, rumah sakit tetap kebanjiran korban luka-luka insiden ledakan tersebut.

Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jarasevic, menjelaskan bahwa perpindahan begitu banyak orang akibat ledakan Beirut tersebut berisiko mempercepat penyebaran COVID-19. WHO sendiri telah mengeluarkan seruan sebesar 15 juta dolar untuk meng-cover kebutuhan kesehatan darurat di Lebanon.


"Keadaan darurat di Beirut telah menyebabkan banyak tindakan pencegahan COVID-19 dilonggarkan," demikian kutipan laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dilansir Reuters pada Rabu (12/8). "Meningkatkan prospek tingkat penularan yang lebih tinggi dan beban kasus yang besar dalam beberapa minggu mendatang."

Di sisi lain, setidaknya 15 fasilitas medis, termasuk tiga rumah sakit besar, dilaporkan mengalami kerusakan struktural sebagian atau berat akibat ledakan Beirut. Penilaian terhadap 55 pusat kesehatan primer di Beirut menunjukkan hanya 47 persen di antaranya yang masih dapat memberikan layanan rutin penuh.

Diketahui, ledakan ini disebabkan oleh ribuan ton amonium nitrat yang berada di gudang pelabuhan. Namun belakangan terungkap bahwa sebelumnya pejabat keamanan Lebanon telah memperingatkan Perdana Menteri Hassan Diab dan Presiden Michel Aoun terkait risiko ledakan tersebut sejak bulan Juli lalu.

Disebutkan bahwa pejabat keamanan ini memperingatkan Diab dan Aoun bahwa 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut akan menimbulkan risiko keamanan dan dapat menghancurkan ibu kota jika meledak. Namun baik Presiden maupun Perdana Menteri sama sekali tak mengambil tindakan atas peringatan ini.

Sementara itu, Perdana Menteri Diab telah resmi mengundurkan diri pasca ledakan masif tersebut. Pengunduran diri Diab disampaikan pada Senin (10/8) malam waktu setempat, atau kurang dari seminggu setelah ledakan di Beirut terjadi.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait