Jokowi Minta RI Waspadai Gelombang Kedua Corona, Epidemiolog Beri Reaksi Menohok
Nasional

Epidemiolog FKM UI Tri Yunis Miko Wahyono memberi reaksi menohok usai Presiden Joko Widodo meminta publik untuk tidak lengah hingga menyebabkan gelombang kedua wabah COVID-19.

WowKeren - Presiden Joko Widodo sudah meminta Indonesia untuk lebih waspada terhadap pandemi COVID-19. Bahkan ia meminta agar tidak ada pihak yang lengah hingga menyebabkan Indonesia menghadapi gelombang kedua pandemi COVID-19 separah yang tengah "menghantui" Eropa saat ini.

Namun kewaspadaan yang coba ditanamkan sang presiden kepada masyarakat ini malah mendapat reaksi menohok dari ahli epidemiologi. Sebab menurut sang ahli, Indonesia saat ini saja masih berjuang melawan gelombang pertama alih-alih bersiap menghadapi gelombang kedua.

"Di Indonesia gelombang pertama belum selesai, bagaimana bisa gelombang kedua?" kata Epidemiolog FKM UI, Tri Yunis Miko Wahyono, Selasa (3/11). Menurutnya, gelombang pertama COVID-19 di Indonesia saat ini saja masih naik. Sedangkan gelombang kedua baru akan tiba apabila gelombang pertama sudah usai, ditandai dengan tidak adanya lonjakan pada kurun waktu tertentu.

"Apabila gelombang pertama sudah menurun dan terjadi kondisi konstan selama dua pekan, kemudian timbul lonjakan kasus COVID-19," terang Yunis, dilansir dari Detik News. "Maka itu berarti gelombang kedua."


Yunis mendasari pernyataannya soal gelombang pandemi dengan positivity rate yang masih cukup tinggi. Dilansir dari Kumparan, positivity rate COVID-19 di Indonesia masih di kisaran 13,64 persen sementara standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 5 persen.

Oleh karena itu, Yunis menyebut, alih-alih mencemaskan gelombang kedua, seharusnya saat ini pemerintah fokus untuk menurunkan angka kasus COVID-19. Apalagi di beberapa provinsi yang masih memiliki kasus tinggi, beberapa di antaranya, mengutip dari laporan mingguan WHO, adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

"Yang harus diperhatikan adalah provinsi dengan angka yang tinggi dulu," tegas Yunis. Sebab saat ini kendati jumlah kasus harian yang dilaporkan berkurang, rupanya ada alasan mengerikan yang menjadi penyebabnya.

Dikutip dari Kumparan, rupanya penurunan jumlah kasus positif ini berbanding lurus dengan anjloknya tingkat tes swab PCR atau TCM yang digelar pemerintah. Total tes swab pada pekan lalu adalah 169.183 tes atau per harinya sekitar 24.169 spesimen.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru