Kepala Kepolisian Capitol Mengundurkan Diri Usai Pecah Kerusuhan Massa Trump
Dunia

Kepala Kepolisian Capitol Amerika Serikat (AS), Steven Sund, memutuskan untuk mundur dari jabatannya usai terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh massa pendukung Presiden Donald Trump pada Rabu (6/1) lalu.

WowKeren - Kepala Kepolisian Capitol Amerika Serikat (AS), Steven Sund, mengundurkan diri dari jabatannya. Pihak kepolisian sendiri sempat dihujani kritikan karena dianggap kurang kesiapan saat menghadapi para pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu dan memicu kerusuhan di dalam Gedung Capitol AS pada Rabu (6/1) waktu setempat.

Dikutip dari CNN, Jumat (8/1), seorang pejabat Kepolisian Capitol AS yang enggan disebut namanya menuturkan bahwa pengunduran diri Sund efektif berlaku pada 16 Januari mendatang. Selain Sund, Michael Stenger yang menjabat sebagai Sergeant-at-Arms and Doorkeeper pada Senat AS, juga mengundurkan diri.

Pengunduran diri Stenger diumumkan oleh Ketua Mayoritas Senat AS, Mitch McConnell. Sergeant-at-Arms and Doorkeeper (SAA) merupakan jabatan tertinggi untuk penegak hukum federal di Senat AS. Pejabat SAA bertanggung jawab atas seluruh layanan pendukung di Senat AS, termasuk menyediakan komputer, perlengkapan dan layanan perbaikan dan keamanan di Senat AS.

Ketua House of Representatives (HOR) atau DPR AS, Nancy Pelosi sebelumnya menyerukan Sund untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Pada Kamis (7/1) waktu setempat, kepemimpinan Kepolisian Capitol AS membeberkan informasi detail soal kerusuhan yang membuat para anggota DPR maupun Senat AS mengkhawatirkan keselamatan mereka.

Sund dalam pernyataannya menyebut anak buahnya dan aparat penegak hukum lainnya 'secara aktif diserang' dengan pipa logam dan senjata lainnya. "Mereka (perusuh-red) bertekad masuk ke Gedung Capitol dengan menyebabkan kerusakan besar," sebut Sund dalam pernyataannya.


Sund mengakui jika Kepolisian Capitol AS menembak seorang wanita dewasa 'saat demonstran memaksa masuk ke dalam Ruang Sidang DPR AS di mana para Anggota Kongres berlindung'. Wanita yang belakangan disebut sebagai veteran Angkatan Udara AS itu meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit.

Ditegaskan bahwa personel kepolisian yang menembak wanita itu telah ditempatkan dalam cuti administratif, sembari penyelidikan gabungan dilakukan Kepolisian Capitol dan Kepolisian Metropolitan Washington DC.

Tak hanya itu, Sund juga mengungkapkan bahwa personel kepolisian menanggapi laporan soal keberadaan bom pipa dan kendaraan mencurigakan di sudut tenggar kompleks Gedung Capitol AS. "Menetapkan kedua alat itu, faktnya, berbahaya dan bisa memicu bahaya besar bagi keselamatan publik," sebutnya.

Diketahui, dalam peristiwa tersebut setidaknya lebih dari 50 personel Kepolisian Capitol AS mengalami luka-luka. Beberapa polisi menjalani perawatan di rumah sakit karena mengalami 'cedera serius'.

"Serangan kekerasan terhadap Capitol AS tidak seperti yang pernah saya alami dalam 30 tahun saya mengabdi dalam penegakan hukum di sini, di Washington DC," paparnya. "Menjaga keselamatan publik di lingkungan terbuka -- khususnya untuk aktivitas Amandemen Pertama -- telah menjadi tantangan sejak lama."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait