COVID-19 Melonjak, Austria 'Pilih Kasih' Cuma Lockdown Warga Tak Divaksin Mulai Senin
AP Photo/Alberto Pezzali
Dunia

Beberapa negara Eropa ingin kembali menerapkan lockdown karena lonjakan kasus COVID-19. Termasuk Austria yang hanya menerapkan lockdown kepada warga yang belum divaksin.

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan soal potensi Eropa menjadi episentrum penyebaran wabah COVID-19. Kekhawatiran terjadinya lonjakan kasus pun membuat negara-negara Eropa berencana memberlakukan lockdown sepanjang akhir tahun 2021.

Namun langkah lockdown yang ditempuh Austria cukup unik. Sebab Austria berencana untuk menerapkan lockdown parsial yang hanya menyasar warga yang belum divaksinasi COVID-19.

"Situasi ini sangat serius. Kami sebenarnya tidak ingin menempuh jalan ini namun buruknya, kita memang harus melakukannya," tutur Kanselir Austria Alexander Schallenger pada Minggu (14/11) waktu setempat.

Komite utama parlemen Austria pun menyetujui kebijakan pemerintah ini pada Minggu malam. Dengan demikian, pemerintah Austria telah resmi melarang warga berusia 12 tahun ke atas yang belum divaksin, atau yang tidak bisa menunjukkan bukti baru sembuh dari COVID-19, untuk meninggalkan rumah kecuali demi keperluan mendesak seperti membeli kebutuhan esensial, berolahraga, atau menjalani perawatan medis.

Nantinya lockdown akan diterapkan secara paksa diimbangi pemeriksaan acak selama sepuluh hari ke depan. Polisi juga akan dikerahkan untuk menyukseskan program lockdown "pilih kasih" ini.


Bagi mereka yang melanggar lockdown bisa dikenai denda EUR500 (setara Rp8,1 juta). Untuk mereka yang menolak menunjukkan bukti vaksin atau baru sembuh dari COVID-19 bisa didenda sampai 3 kali lipat. Pemerintah akan mengulas kembali efektivitas kebijakan setelah 10 hari berjalan.

Langkah ini memang tampaknya harus ditempuh Austria yang mencatatkan hingga 13 ribu infeksi baru pada Minggu (14/11). Di sisi lain, cakupan vaksinasi COVID-19 di Austria baru mencapai 65 persen, di bawah rata-rata capaian Uni Eropa sebanyak 67 persen populasi.

Karena itulah, Kanselir Schallenger mengimbau warga agar segera divaksin. Apalagi karena mulai Senin (15/11), anak-anak berusia 5-11 tahun di Ibu Kota Wina bisa mengikuti vaksinasi COVID-19.

Meski dimaksudkan untuk menghentikan penyebaran wabah COVID-19, kebijakan lockdown Austria ini jelas langsung menuai pro dan kontra. Ratusan orang berkumpul di depan kantor kanselir, menyampaikan protes penolakan wajib vaksin sambil membawa poster "Tubuh Kami, Kebebasan Kami".

"Kami harus melawan (kebijakan wajib vaksin). Kami ingin bekerja, kami ingin menolong orang, namun kami tidak ingin divaksin murni karena keputusan pribadi kami," tegas tenaga kesehatan Sarah Hein (30) yang juga belum divaksin kepada AFP.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait