Ditemukan Tewas Membeku, Siswi 14 Tahun di Jepang Terbukti Korban Bullying yang Sempat Diabaikan
Unsplash/Matilda Vistbacka
Dunia

Siswi SMP ditemukan tewas membeku pada Maret tahun 2021 lalu. Akhirnya terungkap bahwa gadis 14 tahun merupakan seorang korban perundungan hingga pelecehan.

WowKeren - Komite pihak ketiga yang menyelidiki dugaan bullying atau perundungan sebuah SMP di Jepang, menyimpulkan bahwa seorang gadis berusia 14 tahun yang ditemukan tewas membeku telah menjadi sasaran tindakan pelecehan kejam oleh siswa senior.

Sebelumnya, Saaya Hirose ditemukan tewas karena terpapar pada Maret tahun 2021. Saaya ditemukan meninggal usai menceritakan kepada seorang teman bahwa dia ingin mati. Di mana siswa kelas dua SMP itu sempat hilang bulan sebelumnya.

Komite yang dibentuk oleh dewan pendidikan setempat mengatakan dalam laporan sementara yang dirilis 15 April bahwa tindakan intimidasi terjadi antara April dan Juni 2019, tak lama setelah Hirose masuk SMP.

Melansir Asahi Shimbun, ibu Hirose berulang kali meminta pejabat sekolah untuk campur tangan. Sayangnya laporan sementara mengatakan bahwa dewan pendidikan tidak pernah mau repot-repot melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kasus tersebut.

Shinichi Kurowarabi, ketua dewan pendidikan Asahikawa, menghadiri konferensi pers pada Jumat (15/4) yang diadakan oleh anggota komite dan meminta maaf kepada keluarga korban gadis itu . Kurowarabi juga mengakui bahwa dewan pendidikan mengetahui sebagian besar insiden intimidasi yang dijelaskan dalam laporan sementara.


Panitia akan mencoba untuk menyelidiki kenapa sekolah dan dewan pendidikan awalnya tidak mengakui telah terjadi bullying. Sebuah laporan akhir diharapkan akan dirilis pada bulan Agustus akan mencakup langkah-langkah yang bertujuan untuk mencegah terulangnya kembali..

Laporan sementara mengatakan tujuh siswa senior terlibat dalam intimidasi. Termasuk membuat Hirose mengirim video yang bersifat seksual serta menyentuh tubuhnya sambil berulang kali berbicara tentang topik seksual.

Dalam pernyataannya, ibu Hirose menulis, “Saya menyaksikan putri saya menderita untuk waktu yang lama. Dia menderita sampai tepat sebelum dia meninggal. Saya tidak bisa berhenti menangis ketika mengingat betapa menderitanya dia saat itu. Saya berharap mereka mengenali intimidasi pada waktu itu".

Pada 22 Juni 2019, Hirose melompat ke sungai dalam upaya bunuh diri sementara dua dari mereka yang menggertaknya memandang. Setelah kejadian itu, dia pindah ke SMP lain di kota itu, tapi kemudian berhenti bersekolah. Hirose memposting di media sosial bahwa dia adalah korban bullying.

Pada 13 Februari 2021, Hirose memberi tahu seorang teman online bahwa dia ingin mati dan meninggalkan rumah. Mayatnya kemudian ditemukan di sebuah taman lokal yang tertutup salju pada 23 Maret 2021.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait