Disebut Jadi Kandidat Jaksa Agung Jika Prabowo Menang, Novel Baswedan Singgung Jokowi
Instagram/kemensetneg.ri
Nasional

Menurut Novel Baswedan, Jokowi terkesan diam terhadap pengusutan kasus kekerasan yang menimpa dirinya pada 2017 silam yang tak kunjung selesai hingga saat ini.

WowKeren - Masih dua minggu menjelang Pilpres, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sudah mengumumkan nama-nama yang akan menjadi kandidat calon menterinya, termasuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, hingga Hinca Pandjaitan. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Andre Rosiade juga sempat menyebut Novel Baswedan yang akan menjadi kandidat jaksa agung.

Terkait hal ini, Novel sendiri enggan memberikan tanggapan. Ia memilih untuk fokus mendesak pemerintah agar bisa lebih memberikan perhatian terhadap kasus kekerasan yang menimpa anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab walau bagaimanapun juga, KPK adalah lembaga negara yang bertugas memerangi korupsi yang mana tindak kejahatan tersebut sangat merugikan bangsa.

Novel menyoroti bahwa pemerintah saat ini terkesan menutup mata dan telinga terhadap serangan yang menimpa pegawai KPK. Seperti kasus kekerasan terhadap dirinya yang sudah berlalu hampir dua tahun lamanya.

"Saya tidak beri tanggapan," tutur Novel, Jumat (29/3). "Saya sedang fokus untuk membicarakan dan mendesak pemerintah untuk peduli dan tidak abai terhadap orang-orang di KPK yang diserang tapi tidak ada satu pun yang mau diungkap. Termasuk serangan terhadap diri saya yang sudah hampir 2 tahun."


Menurut Novel, Jokowi terkesan diam terhadap kasus yang menimpanya itu. Ia kemudian menyinggung Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang hingga saat ini belum dibentuk oleh Presiden untuk mengungkap kasusnya.

"Sedangkan sampai sekarang Presiden tetap diam, tidak bersikap," tegas Novel. "Dan tidak melaksanakan janji Presiden untuk membentuk tim (TGPF) dalam rangka mengungkap skandal besar ini."

Sebelumnya, pihak Polri telah membentuk tim gabungan untuk mengusut pelaku kekerasan yang menyerang Novel. Tim gabungan itu disebut-sebut bermuatan politik lantaran pembentukannya terkesan mendadak. Adapun tim itu dibentuk menjelang debat perdana Pilpres yang mengangkat tema hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.

Tim gabungan yang terdiri dari 65 personel tersebut dibentuk atas dasar rekomendasi dari Komnas HAM. Adapun mereka berasal dari unsur kepolisian, KPK, pakar, dan juga tokoh masyarakat.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru