Virus Corona Diklaim Bisa Terhenti Saat Musim Panas Di Tiongkok
Dunia

Dunia sedang diguncang dengan berita mewabahnya virus corona atau Novel Coronavirus (nCov). Musim panas lantas disebut dapat mematikan virus ini di Tiongkok.

WowKeren - Dunia sedang diguncang dengan berita mewabahnya virus corona atau Novel Coronavirus (nCov) yang pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Virus misterius ini pada awalnya muncul di pasar ikan dan hewan yang terletak di Wuhan dan terus merambah ke kota-kota bahkan hingga negara-negara lainnya.

Baru-baru ini, peneliti dari Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin National University of Singapore, Jyoti Somani dan Paul Tambyah telah menemukan fakta baru mengenai virus ini. Mereka memprediksi jika virus corona dapat menghilang menjelang musim panas di Tiongkok.

Sejauh ini, penyebaran virus corona diduga berkaitan dengan kondisi iklim di dunia yang tidak menentu. Meski demikian, seiring dengan meningkatnya suhu di Tiongkok menjelang musim panas diprediksi dapat meredam penyebaran wabah ini.

Pernyataan tersebut berasal dari teori bahwa mewabahnya virus corona memiliki pola musiman yang sama dengan influenza dan SARS. Menjelang musim panas, virus-virus tersebut dulu mulai menurun tepatnya di bulan Mei saat suhu di Tiongkok memanas.


Dilaporkan berdasarkan pengamatan di negara-negara dengan iklim sedang seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, musim flu biasanya dimulai bulan Desember dan puncaknya pada Januari atau Februari. Setelah itu, kasus flu biasanya tercatat mengalami penurunan signifikan.

Musim influenza dan virus pernapasan lainnya di setiap negara biasanya terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi orang ke orang. Selain itu, faktor iklim seperti kekeringan udara, suhu udara sekitar, dan kemungkinan radiasi matahari ultra violet turut memiliki andil dalam menciptakan penyakit ini.

Faktor manusia juga disebutkan memiliki kontribusi yang besar terhadap penyebaran influenza selama musim dingin lantaran lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan. Hal ini membuat hubungan manusia lebih dekat dengan orang lain sehingga tingkat penyebaran semakin tinggi.

Sementara itu, para ilmuwan dari Universitas Hong Kong (HKU) termasuk Profesor Malik Peiris dan Profesor Seto Wing Hong menyatakan jika suhu rendah dan kelembapan rendah memungkinkan virus seperti SARS bertahan lebih lama. Tim HKU lantas berpendapat jika alasan tersebut merupakan jawaban mengapa negara-negara Asia Tenggara yang hangat dan lembab tidak memiliki wabah SARS.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait