Kematian Akibat COVID-19 Omicron Tembus 12 Orang, Inggris Ngotot Tak Lakukan Pembatasan Jelang Natal
Dunia

Angka kematian akibat COVID-19 Omicron di Inggris terus berlipat ganda, tapi pemerintah belum bisa menjamin akan memberlakukan pembatasan aktivitas menjelang Natal atau tidak.

WowKeren - Inggris menjadi salah satu negara dengan tingkat infeksi dan kematian akibat COVID-19 varian Omicron tertinggi di dunia. Bahkan per Senin (20/12), angka kematian akibat virus Corona varian baru ini sudah mencapai 12 orang.

Walau demikian, Deputi Perdana Menteri Inggris, Dominic Raab, mengaku tidak bisa memastikan apakah akan memberlakukan pembatasan sebelum Natal atau tidak. Padahal, sebagai contoh, Belanda yang juga salah satu negara di Eropa mengambil langkah lockdown "mendadak" jelang Natal demi mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19.

Di sisi lain, pemerintah Inggris pun menyadari bahwa puncak gelombang wabah COVID-19 masih belum terlihat. Padahal saat ini, menurut Raab, ada 104 orang yang sedang dirawat di rumah sakit karena terinfeksi COVID-19 varian Omicron.

Pejabat Inggris menegaskan bahwa tingkat keterisian rumah sakit akan mencapai level tertinggi dalam beberapa waktu ke depan. Sebab sifat varian Omicron begitu mudah menular sehingga bukan tidak mungkin sudah menular di tengah populasi mereka.


Namun dengan semua situasi tersebut, Raab menegaskan tidak bisa menjamin pemerintah akan mengambil langkah pembatasan aktivitas dan mobilitas menjelang Natal. "Saya tidak bisa menjanjikan apapun," tegas Raab kepada Times Radio.

"Dalam melihat situasi, kami sangat bergantung kepada data real (di lapangan) yang datang," imbuh Raab. "Dan diperlukan lebih banyak waktu untuk mengakses isu-isu yang kritis, termasuk tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh Omicron."

Sikap "gamang" pemerintah Inggris ini sendiri banyak dikaitkan dengan popularitas politik PM Boris Johnson. Pasalnya belakangan Johnson dan jajaran pemerintahannya dituding telah melakukan pelanggaran aturan lockdown tahun lalu.

Sementara itu, Johnson juga kesulitan meraih kesepakatan suara dari parlemen, termasuk dari anggota partai politiknya sendiri, yang pada pekan lalu tegas menentang pengetatan aturan COVID-19. Bahkan untuk memuluskan regulasi seperti kewajiban memakai masker di tempat umum pun Johnson sampai harus mengandalkan dukungan dari oposisinya seperti Partai Buruh.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait