Tes COVID-19 Massal di Beijing Picu Kekhawatiran 'Susul' Shanghai Berujung Panic Buying
AFP
Dunia

Akibat dari penguncian total di Shanghai, kini wilayah tersebut kekurangan pasokan makanan yang terbilang besar. Sementara Beijing dilakukan tes COVID-19 massal, yang memicu kekhawatiran.

WowKeren - Dalam mengatasi lonjakan kasus COVID-19 di Tiongkok, pemerintah negara tersebut menerapkan kebijakan "Nol COVID-19". Shanghai, menjadi daerah di Tiongkok yang menerapkan penguncian atau lockdown sejak Maret lalu.

Sementara itu, di Ibu Kota Tiongkok, Beijing, pihak berwenang diketahui telah memerintahkan 3,5 juta penduduk dan pekerja di Distrik terbesar Chaoyang untuk melaporkan tiga tes virus COVID-19 pada pekan ini. Hal ini dilakukan setelah daerah tersebut mencatat 26 dari 47 kasus gejala Beijing sejak Jumat (22/4) lalu.

Akan tetapi, sikap pihak berwenang yang meminta warga Beijing untuk melakukan tes COVID-19 massal itu memicu kekhawatiran akan diterapkannya juga lockdown. Warga Beijing lantas "membanjiri" supermarket untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya pada Senin (25/4).

Tak ayal, panic buying pun terjadi. Di samping itu, warga Beijing berharap untuk menghindari kekurangan makanan seperti yang terjadi di Shanghai dalam kasus penguncian di seluruh kota karena Ibu Kota mencatat peningkatan jumlah infeksi COVID-19.

Pada Senin (25/4), Tiongkok melaporkan 3.266 kasus bergejala dan 20.454 kasus tanpa gejala. Mayoritas pasien yang terinfeksi COVID-19 itu berada di Shanghai, di mana ada sekitar pasien 19.455 yang dilaporkan. Sementara Beijing pada Senin (25/4), melaporkan 19 kasus, termasuk di antaranya 14 yang bergejala.


"Wabah saat ini di Beijing menyebar diam-diam dari sumber yang belum diketahui dan berkembang pesat," ungkap seorang pejabat kota, Minggu (24/4).

Sementara itu, sudah banyaj bangunan tempat tinggal yang di-lockdown di Chaoyang, sebuah kawasan pusat kota yang kaya dengan kedutaan dan bisnis internasional. "Distrik Chaoyang sekarang menjadi fokus paling atas untuk pencegahan pandemi," terang ketua partai Komunis kota itu, Cai Qi, menurut New York Times.

"Langkah-langkah pandemi penting tidak dapat dibiarkan menunggu sampai hari berikutnya. Semua situs berisiko dan individu yang terlibat dalam kasus ini harus diperiksa hari itu juga," lanjut Cai Qi.

Sementara itu, Otoritas Kesehatan Tiongkok berharap untuk bisa menghindari terulangnya peristiwa di Shanghai, yang menolak melakukan penguncian, sebelum akhirnya memberlakukan penutupan sebagian kota, dan akhirnya menerapkan penguncian total.

Kini, memasuki minggu keempat kebijakan penguncian total, telah mengakibatkan kekurangan makanan besar dan penundaan pengiriman, sebagian besar karena penutupan jalan dan terlalu sedikit pengemudi pengiriman yang menyebabkan kemacetan dan ketidakpuasan masyarakat meluas.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait