WHO Pertanyakan Krisis di Tigray Tak Dapat Perhatian Sama Seperti Ukraina
pixabay/ilustrasi/padrinan
Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mempertanyakan apakah minimnya tanggapan dari para pemimpin global disebabkan karena warna kulit rakyat di Tigray.

WowKeren - Krisis yang berlangsung di Tigray telah berlangsung sekian lama. Namun tampaknya tidak banyak yang dilakukan oleh dunia internasional untuk melakukan intervensi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mempertanyakan apakah minimnya tanggapan dari para pemimpin global disebabkan karena warna kulit rakyat di Tigray.

WHO juga menggambarkan jika bencana di Tigray, yang diciptakan oleh manusia sendiri, telah menjadi bencana terburuk di Bumi. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kekejaman yang tak terbayangkan sedang menimpa enam juta orang di wilayah utara. Mereka telah terputus dari layanan dasar selama hampir dua tahun. Dia menyebut kondisi di sana sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Lebih lanjut, Tedros mempertanyakan mengapa situasinya tidak mendapatkan perhatian yang sama dengan konflik Ukraina. Tedros sendiri berasal dari Tigray. Dia menduga rasisme mungkin menjadi alasan mengapa Tigray berada di belakang Ukraina dalam hal perhatian internasional.


"Mungkin alasannya adalah warna kulit orang-orang itu," kata Tedros kepada media briefing virtual. Sebelumnya pada bulan April Tedros sempat mempertanyakan apakah kehidupan orang berkulit hitam dan putih dalam keadaan darurat di seluruh dunia akan diberikan perhatian yang sama.

Pada November 2020, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memerintahkan pasukan ke wilayah itu untuk menggulingkan Front Pembebasan Rakyat Tigray, menuduh pemberontak menyerang kamp-kamp tentara federal. Sejak perang pecah, wilayah paling utara Ethiopia telah mengalami kekurangan pangan dan akses ke layanan dasar seperti listrik, komunikasi, dan perbankan sangat terbatas.

"Akibatnya, penduduk Tigray menghadapi berbagai wabah malaria, antraks, kolera, diare, dan banyak lagi," kata Tedros dalam konferensi pers WHO di Jenewa. "Kekejaman yang tak terbayangkan ini harus diakhiri. Satu-satunya solusi adalah perdamaian."

Sentimen serupa juga dilayangkan oleh Direktur Program Darurat WHO Michael Ryan yang mengecam kurangnya kekhawatiran tentang kekeringan dan kelaparan yang terjadi di Tanduk Afrika, dan krisis kesehatan. "Sepertinya tidak ada yang peduli tentang apa yang terjadi di Tanduk Afrika," katanya dalam konferensi pers hari Rabu (17/8).

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait