Trump Tegaskan AS Bukan Dalang dari Kudeta dan Penculikan Presiden Venezuela
Getty Images
Dunia

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyebut AS sedang melancarkan gerakan yang ia sebut sebagai persekongkolan gagal, dan mengklaim bahwa Donald Trump adalah pemimpin invasi ini.

WowKeren - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa negaranya bukan dalang dibalik rencana kudeta rahasia yang gagal di Venezuela. Diketahui, sebelumnya Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengklaim bahwa Trump adalah pemimpin invasi gagal yang bertujuan untuk menculiknya, yang diduga melibatkan dua orang Amerika.

"Jika saya ingin pergi ke Venezuela, saya tidak akan merahasiakannya," jelas Trump kepada Fox News. "Saya akan datang dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan setuju. Saya tidak akan mengirim pasukan kecil, tidak, tidak, tidak. Itu bisa disebut pasukan," ujar Trump, "Itu bisa disebut sebuah 'invasi' (serangan)."

Nicolas Maduro sendiri sempat mengatakan bahwa rencana yang gagal itu didanai oleh pemimpin oposisi yang didukung AS, Juan Guaido, dan bahwa dua mantan pasukan khusus tentara AS termasuk dalam 17 orang yang ditahan. Berdasarkan keterangan pemerintah Venezuela, delapan lainnya yang diduga sebagai penyerang dinyatakan tewas dalam baku tembak.

"Yang jelas, (operasi rahasia) itu tidak dipimpin oleh Jenderal George Washington," kata Trump mengejek. "Ini bukan serangan yang bagus. Saya pikir mereka ditangkap sebelum mereka sempat beroperasi."

Di sisi lain, kisruh ini bermula saat seorang warga Amerika Serikat, Luke Denman, mengaku bahwa ia diperintahkan menguasai bandara Caracas dan menangkap Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk diterbangkan ke AS. Pihak berwenang Venezuela pada Senin (4/5) membekuk Denman beserta satu warga AS lain, Airan Berry, dan 11 teroris lainnya.


Atas insiden ini, Nicolas Maduro menyebutkan bahwa orang-orang itu sedang melancarkan gerakan yang ia sebut sebagai persekongkolan gagal, yang dikoordinasikan dengan Washington untuk memasuki wilayah Venezuela melalui perairan Karibia dan membawa misi untuk menggulingkannya dari kursi kepemimpinan. Tak hanya itu, Maduro juga mengklaim bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah pempimpin invasi ini.

"Itu tidak ada hubungannya dengan pemerintah kita," kata Trump di Gedung Putih. Sejauh ini, Trump mau pun pejabat pemerintah AS lainnya belum menjelaskan lebih lanjut perihal tudingan pemerintah Venezuela.

Maduro sendiri juga sempat memperlihatkan dua buah paspor dengan lambang negara Amerika Serikat saat jumpa pers Senin lalu (4/5). "Mereka yang ditangkap dalam penyerbuan tersebut adalah warga Amerika Serikat Airan Berry Sack, yang mengaku sebagai seorang tentara bayaran profesional AS, dan ajudan (Presiden AS) Donald Trump, dan Luke Alexander Denman, juga merupakan ajudan Donald Trump. Mereka dan seluruh anggota kelompok teroris tersebut sudah mengaku," kata Maduro.

Dilaporkan bahwa Denman dan Berry adalah mantan anggota pasukan khusus yang pernah bekerja sama dengan Jordan Goudreau, seorang veteran militer Amerika yang mengepalai Silvercorp USA, perusahaan keamanan yang berpusat di Florida. Jordan Goudreau menyatakan dia serta Luke dan Airan memang ditugaskan dalam operasi militer bersandi "Gideon" untuk menangkap Maduro serta menumbangkan rezim pemerintahan Venezuela.

Diketahui, AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Venezuela pada 2019. Kala itu, Trump dan Maduro saling kecam soal situasi krisis politik dan ekonomi di negara tersebut. Trump juga lebih mengakui tokoh oposisi Venezuela, Juan Guaido, sebagai presiden interim dibandingkan Maduro.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait