Berbeda dengan Penanggulangan Gelombang Delta, Begini Cara Pemerintah Hadapi Puncak Kasus Omicron
Nasional

Pemerintah sebelumnya memprediksi akan terjadi puncak kasus Omicron di Indonesia pada Februari hingga awal Maret 2022 mendatang. Maka dari itu, kini pemerintah menyiapkan langkah mitigasi.

WowKeren - Indonesia saat ini diketahui tengah bersiap menghadapi ancaman gelombang dan puncak COVID-19 varian Omicron. Bahkan pemerintah juga telah memprediksi puncak kasus varian Omicron di Indonesia akan terjadi di pertengahan Februari hingga awal Maret 2022 mendatang.

Untuk menghadapi ancaman puncak kasus COVID-19 varian Omicron itu, pemerintah lantas mengambil langkah pengendalian. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pun menegaskan bahwa strategi pemerintah dalam menghadapi gelombang Omicron itu sedikit berbeda dengan pada saat menghadapi gelombang Delta.

Budi menuturkan, saat menghadapi gelombang Delta, memiliki tingkat keparahan tinggi sehingga pemerintah harus mempersiapkan rumah sakit dengan banyak tempat tidur. Sedangkan Omicron ini hanya tingkat penularannya saja yang tinggi, tetapi tingkat keparahannya rendah.

"Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan," tutur Budi dalam keterangan resmi melalui laman Kemenkes, Jumat (28/1). "Jadi hanya gejala pilek, batuk, atau demam yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit."

Lebih lanjut, Budi meminta masyarakat bisa mengetahui ciri-ciri dan langkah untuk mencegah varian Omicron agar tidak semakin menular dan menyebar. Budi mengungkapkan bahwa Omicron memiliki gejala ringan seperti flu biasa yakni batuk dan demam dengan tingkat penularan yang cepat.


Budi pun mengatakan nantinya pihaknya akan melihat dan memantau perkembangan varian Omicron yang dalam waktu singkat kenaikan jumlah kasusnya bisa cukup tinggi. Adapun ciri-ciri selanjutnya adalah tingkat perawatan di rumah sakit yang lebih rendah, begitu juga dengan tingkat keparahannya. Sehingga pasien yang masuk ke rs lebih sedikit daripada pasien yang melaksanakan isolasi mandiri (isoman).

Selain itu, kata Budi, pemerintah juga telah menyiapkan tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 70.641 buah. Sementara untuk kapasitas tempat tidur secara nasional sendiri berjumlah 120 ribu hingga 130 ribu.

Mengenai jumlah kasus COVID-19 varian Omicron sendiri, Budi mengungkapkan berdasarkan data hingga 26 Januari 2022, mencapai 1.988 kasus. 765 Orang di antaranya telah dinyatakan sembuh atau selesai dirawat.

Sementara jumlah kasus varian Omicron yang pernah dirawat sejak ditemukan pada Desember 2021 lalu adalah sebanyak 854 pasien dengan rincian pasien asimtomatik 461 orang, gejala ringan 334 pasien, dan gejala sedang dan berat 59 orang. Menurutnya, yang seharusnya dirawat adalah hanya yang bergejala sedang dan berat.

Lebih lanjut, Budi berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati, terlebih di tengah ancaman gelombang Omicron seperti sekarang ini. Ia pun kembali menekankan hal yang paling penting adalah selalu memakai masker, menghindari kerumunan lantaran memicu penularan akan semakin tinggi. Kalau tidak ada urusan penting, maka disarankan untuk tetap berada di rumah.

Apabila tertular, Budi mengimbau untuk tidak panik, dan yang paling penting melakukan isolasi secara disiplin dan minum vitamin, jika ada gejala ringan, segera minum obat. Terakhir, diminta untuk segera melaksanakan vaksinasi COVID-19 untuk memperkuat daya tahan tubuh.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru